Mohon tunggu...
Rina Sutomo
Rina Sutomo Mohon Tunggu... Berfantasi ^^ -

Hening dan Bahagia menyatu dalam buncahan abjad untuk ditorehkan sebagai "MAKNA"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Di Balik Sarung Lusuh

22 November 2016   13:27 Diperbarui: 22 November 2016   16:27 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: willingservantministries.org

“Ti…”
“Apa Bang?”

Wanita itu menghentikan jahitannya sejenak. Ia memandangi wajahku dengan rasa cemas. Tak ada yang dicemaskannya kecuali jika aku meminta untuk kawin lagi. Aku pun bersumpah tidak akan melakukan itu. Rekening bank-ku hanya cukup untuk hidup berdua dengan Betti, sementara janin di perutnya juga butuh dana tambahan nantinya.

“Aku ingin ikut jihad membela NKRI, Ti!”
“Kamu mau turun ke jalan Bang? Demo dengan mereka?”

Matanya terbelalak dengan jari telunjuk mengarah ke TV di hadapan kami. Saat itu TV sedang menayangkan kepala-kepala dengan sorban putih yang sangat aku sukai.

“Aku ingin memakai sorban Ti!”

Wanita itu tidak menjawab dan melanjutkan kembali menjahit dasternya yang juga sobek kemarin malam. Ia menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah masam. Aku tahu betul ia sedang tak suka dengan pembicaraan seperti ini.

“Dia yang di musuhi oleh kaum kita itu orang kafir. Kafir itu sebaiknya dimusnahkan saja!”

Aku terbawa emosi, terlebih lagi istriku tak mau menjawabnya. Aku bicara lebih keras lagi agar wanita itu mau mendengar bahwa aku ini suaminya, suami yang baik dan mencintai agama.

“Ti! Pokoknya aku ikut! Meruntuhkan orang kafir demi agama kita!”

Wanita itu berdiri seketika. Dasternya yang belum selesai dijahit ia lemparkan padaku berikut jarum dan benangnya. Aku menangkapnya dengan terkejut.

“Astaghfirullah Bang! Kamu teriak itu kafir, dia kafir, anu kafir! Apa kamu tadi pagi juga sholat subuh Bang? Apa tahun kemarin kamu juga berpuasa Bang?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun