Tentang Ibu-ibu Pengajian
Ibu-ibu pengajian, tema yang sempat jadi perbicangan hangat di media sosial beberapa waktu lalu. Beragam komentar, lucunya ada komentar nyinyir yang dilakukan oleh ibu-ibu yang belum pernah ikut pengajian. Komentar yang sekedar katanya...
Ibu-ibu suka ngaji, apa rumah tangganya bisa keurus? Begini ya pengajian ibu-ibu di lingkungan rt/rw baik perumahan ataupun perkampungan, hanya seminggu sekali dengan durasi maksimal 2 jam (terhitung dari berangkat sampai pulang lagi ke rumah) dan diadakan di hari senin-jumat, dengan pertimbangan pada hari itu anak-anak sekolah dan suami kerja.
Sebelum ikutan nyinyir bolehlah baca-baca tulisan ini ...
Durasi pengajian ibu-ibu, seminggu sekali selama kurang lebih 2 jam
Ini bukan klarifikasi ya hahaha tapi pengalaman 5 tahun jadi ibu-ibu pengajian dan bertahun-tahun jadi pengamat, mengamati ibu dan nenek saya jadi ibu-ibu pengajian. Pengalaman saya mungkin berbeda dengan ibu-ibu pengajian lain, tapi ada kesamaan yang patut diingat, pengajian yang diadakan di lingkungan rt/rw/masjid baik di perkampungan atau perumahan itu hanya seminggu sekali dengan durasi kurang dari 2 jam, dan diadakan selain sabtu minggu. Saya pernah tinggal di perumahan selama kurang lebih 4 tahun dan kini tinggal di perkampungan memasuki tahun ke 6.
Pertimbangan pengajian ibu-ibu diadakan di hari senin-jumat, karena hari itu anak-anak sekolah dan suami bekerja jadi tidak menganggu kewajiban mengurus keluarga.
Kalau ada pengajian sabtu minggu biasanya insidental, undangan pengajian syukuran nikah, syukuran keberangkatan umroh/haji, lahiran, hamil 4 bulanan dst.
Pengajian ibu-ibu yang saya ikuti adalah pengajian wali murid (khusus ibu-ibu) di sekolah anak-anak yang berbasis sekolah islam. Pengajian diadakan pada jam dan hari sekolah seminggu sekali, dengan durasi talim 1 jam, jika dihitung dari bersiapan mulai acara hingga selesai 1.5 jam.
Di kampung tempat saya tinggal ada juga pengajian ibu-ibu tapi saya tidak ikut karena jamnya barengan dengan jadwal jemput sekolah kedua anak saya. Insyaallah jika anak-anak sudah mandiri, tidak perlu antar jemput sekolah saya gabung karena saat gabung gabung dipengajian sekitar rumah, yang didapat bukan hanya mengaji tapi bertetangga dengan baik. Ibu saya selalu bilang, hubungan dengan tetangga harus baik, bukan berarti harus ngobrol ngaler-ngidul lama-lama, tapi kenal tegur sapa, memenuhi undangan jika diundang, karena kelak jika meninggal atau kesulitan/musibah tetanggalah orang pertama yang akan membantu begitupun sebaliknya kita membantu tetangga.Â
Saya sudah melihat  bagaimana ibu saya bertetangga dengan baik tanpa ikutan nibrung ghibah.