Namun tradisi mengawetkan mayat dengan rempah-rempah hanya dilakukan kaum bangsawan karena harga rempah-rempah  yang mahal. Tradisi menggunakan rempah untuk kematian berlanjut hingga jaman romawi kuno, pembakaran mayat disertai pembakaran kayumanis untuk meningkatkan aroma.
Rempah sebagai obat  dan bumbu percintaan
Apoteker berasal dari istilah Yunani untuk sebuah gudang penyimpanan yang memuat barang bernilai tingi seperti rempah-rempah. Kosakata Italia untuk apoteker adalah speziale yang merupakan turunan langsung dari speciare, peracik rempah abad pertengahan.
Relevansi rempah dan medis ini yang (selain kepercayaan dan mitos) membuat rempah menjadi komoditas berharga pada pada ke 15 walaupun relevansi rempah sebagai obat ini hanya berdasarkan kepercayaan, tidak bisa dibuktikan secara medis.
Dalam buku yang terbit pada abad ke 5, Syriac Book of Medicine dituliskan bebagai variasi penggunaan rempah untuk kepentingan medis dan kepercayaan semi-religius akan kemanjurannya. Â Seperti misalnya lada yang diresepkan untuk mengobati sakit kuping, radang mulut dan tenggorokan, gigi keropos dll tentunya tanpa ada bukti medis hanya berdasarkan keyakinan.
Selain sebagai obat, rempah dipercaya dapat menguatkan libido sehingga bagi kalangan gereja penggunaannya sangat dibatasi. Beberapa pendeta menghindari masakan dengan menggunakan banyak rempah karena dikhawatirkan memicu libido. Khasiat rempah sebagai bumbu percintaan tercatat dalam surat menyurat, naskah fiksi dan puisi pada jaman itu.
Meredupnya popularitas rempahÂ
Seiring waktu popularitas rempah meredup. Banyak faktor yang memperngaruhinya diantaranya, akses rempah yang kini mudah didapat, beberapa rempah sudah ditanam dan dibudidayakan di negara lain, orang Eropa menyederhanakan masakannya sehingga tidak menggunakan banyak rempah.
Ulasan buku Sejarah Rempah yang saya tulis ini hanya sekelumit. Untuk saya yang menyukai buku-buku bertema  sejarah membaca buku ini sangat mengasikkan karena pada saat membacanya banyak benang merah yang bisa ditarik, antara rempah dan  kolonilisme, kemajuan peradaban Islam yang melayarkan penjelajah melintasi Samudera Hindia dan melakukan perdagangan di pesisir Nusantara sambil menyebarkan keyakinan, bangsa India dan Cina yang juga melakukan pelayaran jauh sebelum bangsa Eropa. Lalu bangsa Eropa yang  datang dengan sikap angkuh merampas rempah, bersaing dengan sesamanya hingga terjadi pembataian terhadap ribuan pohon cengkeh di kepulauan Maluku.
Pada akhirnya kita akan merasai benang merah bagaimana citarasa kuliner Nusantara khususnya Aceh dan Sumatera Barat berkelindan dengan citarasa dari Arab dan India dalam penggunaan rempah, serupa tapi tak sama dan tak serasa.
Ukuran huruf yang digunakan pada buku ini kecil, mungkin untuk memadatkan buku sehingga tidak terlalu tebal. Pada bagian akhir buku terdapat glosarium dan daftar pustaka cukup lengkap. Oh ya buku ini juga dilengkapi gambar yang berhubungan dengan 'sejarah rempah', gambar yang dibuat pada masanya.