Mohon tunggu...
Rina Roudhotul Jannah
Rina Roudhotul Jannah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bukan pembaca yang baik tapi ku hanya suka.

Membaca seperti menghidupkan cahaya buatan... Menulis seperti membuat pedang buatan....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memasukkan Isu Kesetaraan Gender pada Anak Usia Dini

21 Agustus 2019   15:00 Diperbarui: 21 Agustus 2019   15:17 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelabelan tersebut tidak begitu saja terjadi, tertanam dan terucap oleh diri kita sendiri. Kita mengajari, mengucapkan, dan bertindak mengkotak-kotakkan permainan dan kehidupan anak tanpa disadari. Parahnya lagi kita menganggapnya adalah hal sepele yang tidak perlu dirisaukan.

Anak bukanlah miniatur orang dewasa, anak juga merupakan manusia yang memiliki kebutuhan bertumbuh dan berkembang dengan optimal. Dalam beberapa negara yang menjunjung tinggi hak anak seperti Finlandia yang maju dengan sistem pendidikannya atau Denmark yang merupakan negara paling berbahagia di dunia mengajarkan kemerdekaan anak untuk tumbuh dan berkembang adalah segalanya. 

Usia golden age anak tidak akan pernah kembali lagi, seketika ada perkembangan yang terlewatkan maka hal tersebut akan datang pada masa yang tidak tepat di masa tuanya. 

Anak-anak sebenarnya menunjukkan peminatannya dalam kegiatan bermain. Namun, acap kali orang tua maupun pendidik lebih sering ikut campur dan melarang sesuatu yang dianggapnya tidak sesuai untuk anak-anak mereka. 

Sebagai contoh yakni ketika seorang anak-laki-laki lebih tertarik dengan kegiatan main masak-masakan, rumah-rumahan maka dengan begitu kegiatan-kegiatan seperti itu sudah tidak akan asing baginya ketika dewasa kelak. 

Anak tidak lantas menjadi enggan ketika harus membantu seorang perempuan mengerjakan kegiatan domestik, mengurus anak dan membantu memasak untuk keluarganya. Contoh lain ketika anak perempuan ikut bermain mobil-mobilan, bermain olahraga seperti panjat tebing, sepak bola dan lain sebagainya. Dengan kegiatan-kegiatan seperti itu dan mendapatkan support dari lingkungannya, bisa jadi anak tersebut akan menjadi tekun dan menjadi seorang atlet.

Perlu ditegaskan bahwa permainan tidak memiliki jenis kelamin, permainan bisa dilakukan oleh siapa saja baik anak laki-laki maupun perempuan. Hal inilah yang perlu dibedakan. Apa perbedaan Sex dan Gender. 

Gender merupakan jenis kelamin sosial yang berarti peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial yang bisa dipertukarkan dan dikembangkan, sedangkan Sex merupakan jenis kelamin secara biologis yang tidak bisa dipertukarkan karena hal tersebut merupakan kodrat manusia yang memiliki tugas masing-masing dalam keidupannya.

gavamedia.net
gavamedia.net
Dalam buku tersebut diceritakan bahwa pentingnya memutus kebiasaan-kebiasaan yang memicu pembiasan gender ketika dia dewasa kelak dengan pertimbangan berbagai latar belakang yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. 

Buku berjudul "Metode Bermain Peran Inklusif Gender" kita akan disuguhi berbagai metode-metode bermain peran baik makro maupun mikro  yang bisa dilakukan di sekolah maupun di rumah dan tentuny dengan mengacu beberapa tema yang ada di kurikulum pendidikan anak usia dini.

Mengapa dengan bermain peran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun