Indonesia merupakan pasar yang sexy bagi dunia. Mengapa? Karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat  paling konsumtif nomor 2 di dunia, setelah Singapura.  Bila ada produk baru, aplikasi baru dan diendorse oleh selebrity sosial media, dalam waktu sekejap semua followers-nya akan berebutan untuk membeli atau menggunakannya. Dan ketika ditanyakan mengapa beli? Alasannya "selebrity idolaku pakai, jadi  yaa saya pakai juga."
Ketika satu -- satunya alasan kita melakukan sesuatu karena selebrity idola kita melakukannya, maka sungguh disayangkan. Kita telah kehilangan kesempatan berharga untuk memanfaatkan otak yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk berpikir.
Dalam bersosialisasi lewat media, janganlah mentah -- mentah menelan semua yang ditayangkan. Stop dan berpikir dulu. Ajukan pertanyaan : mengapa?
Sadarkah kita bahwa para pembuat aplikasi sosial media membuat fitur -fitur yang menimbulkan efek rasa senang dan bahagia? Lagi jengkel, lihat Tiktok langsung happy melihat konten kreasi dance baru dan langsung dipraktekkan. Ya, sosial media menjadi ajang mengekspresikan diri dan bersenang -- senang, bahkan muncul komunitas2 baru dengan agenda kumpul secara teratur untuk memproduksi konten -- baik menirukan yang sudah ada, ataupun memproduksi konten terbaru. Sosial media bisa dibilang jadi tempat hiburan untuk masyarakat dengan biaya terjangkau.
Sadarkah kita bahwa fitur video dengan durasi hanya 15 -- 30 detik menimbulkan rasa penasaran? Siapa coba yang tidak penasaran baru nonton sebentar eh sudah selesai tayangannya. Penasaran kan?  Apa yang dilakukan? Karena penasaran pastilah search video itu dan menontonnya berulang -- ulang. Benar kan? Perlu diketahui juga, para pembuat aplikasi sosial media ini menyediakan fitur konten yang bersifat sementara -- tahu fitur cerita (stories) yang ada  Facebook, Instagram atau status di Whatsapp. Fitur ini dimanfaatkan untuk menciptakan fenomena rasa takut ketinggalan informasi. Konten yang bersifat sementara ini juga dirancang untuk memperoleh tanggapan langsung dari followers.
Fenomena rasa takut ketinggalan informasi ini, dimanfaatkan oleh perusahaan atau pihak2 lain untuk mengiklankan produknya bekerjasama dengan selebrity sosial media. Â
Masih percaya bahwa sosial media hanya untuk bersosialisasi?