Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kota Malang yang Tak Malang

12 Agustus 2019   16:29 Diperbarui: 12 Agustus 2019   16:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dahulu, Kota Malang adalah tujuan berlibur di setiap akhir pekan. Tentu saja lebih banyak ke kota Batu dibandingkan hanya di Malang saja. Hawanya yang dingin adalah salah satu alasan terbaik melarikan diri dari kota Surabaya yang menyengat. Terlebih saat sudah ada jalan tol yang menggunting waktu perjalanan dari Surabaya ke sana.

Tiga tahun sudah saya menetap di kota ini. Walau hampir seminggu dua kali saya selalu ke kota kelahiran saya, Surabaya. Hawanya masih dingin di sekitar tempat saya tinggal, hingga saya tak membutuhkan air conditioner di rumah. Karena suka menulis, tentu saja saya suka jalan melihat sisi-sisi kota ini. Dari makanan khas, hingga fanatisme penduduk pada klub sepakbola Arema.

Kuliner

Di kota ini, sarapan khasnya adalah nasi jagung atau sego empok, berisi nasi jagung disertai sayur urap, lodeh atau orek tempe, perkedel jagung, mendol(makanan dari tempe) plus sambal. Cukup dengan lima ribu rupiah, anda sudah bisa menikmatinya. Bahkan uang seribu masih bisa untuk membeli kue tradisional atau bothok tahu tempe.

Bakso Malang, sudah biasa. Namun Teuku Wisnu tak salah mengawali usaha kuenya di sini yang akhirnya menjadi brand. Strudle Malang yang lezat dan tak henti menambah varian rasa, telah jadi bagian 'wajib' sebagai buah tangan yang harus dibawa jika berkunjung ke sini.

Tempe ... adalah salah satu yang paling sohor sejak lama. Tempe Malang dikenal paling enak di Indonesia. Jika ingin tahu sejarahnya, Gang Sanan adalah tempat paling tua para pembuat tempe. Di sana melimpah produksi tempe. Penduduknya secara turun menurun mewariskan ketrampilan membuat tempe pada anak cucunya. Keberlimpahan itu membuat mereka menjadikan sebagian hasil produksinya menjadi keripik tempe yang terkenal hingga sekarang.

Saya sempat mengunjungi seorang ibu yang sukses dengan usaha tempenya, hingga sering dikunjungi pejabat negeri ini sebagai contoh. Ibu tersebut menjelaskan dari tempe ini dia bisa membeli lima rumah dan menyekolahkan anaknya hingga selesai.  Dia juga sudah banyak mendapatkan penghargaan. Sekarang di usia senja dia berharap salah satu anaknya mau mewarisi usaha tersebut.

Harga makanan di kota ini, tak akan membuat kantong anda jebol. Rata-rata terjangkau dengan rasa yang tak mengecewakan. 

Inovator

Lalu kita tentu tak asing dengan Dr. Gamal Albinsaid yang mendunia. Lelaki kelahiran Malang ini menjadi buah bibir saat inovasinya meraih penghargaan dari Pangeran Charles dari Inggris. Anak muda yang mendunia. Bukan hanya cerdas, kreatif, inovatif, namun dikenal juga sebagai pribadi yang salih, santun dan sangat menghormati kedua orang tuanya. Asuransi sampahnya berkembang dan terus dikembangkan hingga saat ini. Bukan hanya di Malang, namun juga ke seluruh Indonesia.

Di bidang kesehatan juga ada Klinik Sehat yang digawangi oleh Dr. Saraswati, Mpsi. FIAS yang biasa dipanggil dengan Dokter Saras, saat ini merupakan koordinator & dokter bagi relawan yang terapi balur di Rumah Sehat, Lembaga Peluruhan Radikal Bebas Malang. Seorang dokter kelahiran Malang, 25 Juli 1962.

Klinik ini untuk penyembuhan penyakit kanker dengan biaya yang terjangkau. Sebuah nazar dari sang dokter setelah sang suami, dr. Subagio, yang mengidap Lymphoma non hodgkin (kanker kelenjar getah bening) yang kecil kemungkinan sembuh, akhirnya sembuh dengan terapi balur tersebut.

Pendidikan

Bicara tentang pendidikan. Siapa yang tak mengenal SMA 3 yang sohor di kota ini. SMA yang dikenal dengan Bhawikarsu ini, juga tempat Dr. Gamal Albinsaid menimba ilmu dulunya. Sekolah yang banyak diajak bekerja sama oleh beragam sekolah di Asia hingga Eropa. Sekolah unggul yang juga inovatif. Terutama dengan program 'Bedhol Bhawikarsu' yang akhirnya banyak ditiru oleh banyak sekolah lain. 

Program kembali ke desa selama tiga hari yang mengajak serta seluruh muridnya untuk hidup dan tinggal plus melakukan pekerjaan sehari-hari sebagaimana orang di desa tersebut. Mengajarkan murid untuk selalu membumi. Tak lupa pada akarnya. Mengajarkan kerendahan hati sepintar apapun mereka.  Semua tidur di rumah penduduk, tak peduli sekaya apapun orang tua murid tersebut.

Sekolah ini bahkan rutin mendapat kunjungan dari anggota dewan dari manca negara. Ikatan alumninya sangat kuat, hingga mereka tak segan memberi bantuan pada sekolah ini tanpa diminta. Dari ambulans, memberi beasiswa bagi anak kurang mampu namun berprestasi dan lainnya. Lulusan sekolah ini setiap tahun rata-rata lebih dari 90% diterima di Perguruan Tinggi Negeri di berbagai kota di Indonesia.

Olahraga

Di bidang olahraga, siapa yang tak mengenal Arema, pasukan Singo Edan yang cukup diperhitungkan di liga utama negeri ini. Anda bisa melihat di sini, bagaimana fanatisme aremania dan aremanita saat mereka bertanding dan disiarkan televisi nasional. Kota Malang yang senyap bisa kompak dan berguncang dengan kata "GOOOL!" saat ada pemainnya melesakkan bola ke gawang. Semua yang tak bisa menonton langsung di arena, akan berkumpul di gardu, di kafe dan di rumah-rumah untuk mendukung klub kesayangannya.

Uniknya, hampir setiap anak kecil di kota ini hafal dengan lagu-lagu Arema.

Kebudayaan

Di bidang kebudayaan. Ada topeng Malangan yang cukup terkenal. Bahkan saya sudah sempat berkunjung di kampung topeng. Salah satu tokohnya memberikan saya jadwal kegiatan rutin di sana, termasuk kunjungan para mahasiswa dari Jakarta yang hendak mempelajari tari topeng Malangan. Rombongan tari mereka sendiri, sempat menjejakkan kakinya di Rusia, namun tak cukup ramai dihargai di negeri sendiri.

Saya juga menemui tokoh budaya lain yang giat mengajar serat centini dan gamelan di sekolah kebudayaan Tunggul Wulung. Letaknya di balik gunungan sampah plastik. Yang menyedihkan, mereka tak lagi disubsidi pemerintah. Hingga harus memikirkan sendiri biaya keberlangsungan sekolah tersebut. Dan ketika saya tanyakan dari mana sumber dananya, beliau menunjuk ke arah sampah tersebut.

Satu lagi tokoh budaya yang saya kunjungi adalah sanggar tari yang pemimpinnya pernah beristrikan perempuan bule. Hingga sekarang rutin mengajar anak-anak disekitar mereka menari. Sanggar tari yang cukup dikenal ini pun kurang diberi perhatian pemerintah daerah.

Bahasa Walikan

Inilah bahasa khas Malang, yang dahulunya digunakan untuk mengelabui penjajah. Sang Wikipediawan, Ivan Lanin yang baru saja mengunjungi kota ini dalam acara 'Patjar Merah' mengatakan jika kera ngalam (Arek Malang) adalah salah satu kelompok pakar metatesis.

Metatesis adalah pergantian letak bunyi (huruf) dalam sebuah kata tanpa mengubah arti kata itu.

Ya, kami di sini suka menggunakan bahasa unik ini sebagai bagian keseharian yang mengakrabkan.

Apeksi

Kota Malang juga menjadi penyelenggara Apeksi beberapa tahun lalu yang sukses dibawah pimpinan Walikota yang akrab dipanggil Abah Anton. Sayangnya prestasi sang walikota tergores setelah penangkapannya beserta anggota dewan juga.

Semua selalu ada plus dan minusnya.

Sebagaimana kota Malang yang tak malang walau tergores dengan kasus para pejabat negaranya. Karena pada saatnya nanti akan kembali lahir inovator-inovator lain yang mendunia sebagaimana Dr. Gamal Albinsaid. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun