Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dibohongi Itu Sakit, Saudara!

8 November 2018   17:30 Diperbarui: 8 November 2018   17:33 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bohong, Hoax dan Ingkar Janji sedang banyak diperbincangkan. Membuat banyak sekali perubahan pada karakter yang menerimanya. Lihat bagaimana sekarang begitu banyak orang yang mudah tersinggung dan marah, dari yang muda hingga yang tua. Dikit-dikit marah, dikit-dikit tersinggung. Lalu cepat memutuskan ini patut masuk dalam kotak 'musuh', yang selalu manis dan suka memuja-muji masuk ke kotak 'sahabat'. Grup dan komunitaspun tumbuh subur di beragam kalangan. Baik dalam keseharian, media sosial hingga aplikasi di gawai.

Bohong, sesuatu yang diajarkan setan dari sebelum Nabi Adam diturunkan ke dunia. Dibohongi bahwa buah khuldi itu enak, walau sudah dilarangNya untuk di dekati. Sekali lagi, di dekati! Bukan disentuh atau dimakan. Didekati saja tak boleh, apalagi sampai dimakan. Setan akhirnya berhasil membohongi Nabi Adam AS, hingga semua terusir dari Surga.

Hoax, ini penyakit yang ada karena malasnya berpikir. Semua tulisan, berita dan lainnya yang ditulis bagus dianggap benar, dan tanpa berpikir langsung dipercaya dan dibroadcast kemana-mana. Kebiasaan copi paste tanpa peduli ada nama penulisnya atau tidak, seolah tak bisa dihentikan. Saat ditanyakan siapa yang menulis, jawabnya enak, 'dari WAG sebelah'. Bahkan tulisan bermanfaatpun  saat dicantumkan nama penulisnya, banyak yang pura-pura lupa menuliskannya, tak dihargai sama sekali.

Ingkar Janji, inipun tak kalah ringannya dilakukan bagi yang memang sudah terbiasa. Yang paling menyedihkan jika dibiasakan dan dikaitkan dengan kata InsyaaAllaah di awalnya. Banyak yang melupakan, betapa janji itu sama dengan hutang. Dia ingkari di dunia, akhirat tetap akan menagihnya, dan pahala si ingkar akan di ambil. Iya kalau punya tabungan pahala, bila tidak?

Besok ya aku kesana... esoknya, telpon juga tidak, boro-boro datang. Enteng banget. Besok aku ganti deh... besok aku bawain yang lebih bagus... ntar aku kasih masukan... semua sebatas ucapan yang seolah tak punya konsekwensi dan hanya dianggap sebagai bagian basa-basi.

Modal seorang pembohong adalah kekuatan untuk terus menciptakan kebohongan-kebohongan baru. Karena terbiasa menciptakan sesuatu yang tak pernah ada atau nyata, maka dia akhirnya tak lagi akan bisa membedakan antara kebohongan dan kenyataan alias kebenaran. Sekali saja dia ketahuan berbohong, orang akan mencatatnya terus sebagai orang yang tak patut dipercaya.

Pembohong ini kebanyakan akan mudah percaya pada berita hoax plus ingkar janji. Sepaket!

Itulah kenapa kita diajarkan untuk tak terlalu berharap kepada manusia. Karena manusia itu bisa berubah kapan saja. Yang tadinya sahabat bisa jadi musuh, dan juga sebaliknya. Manusia tempat segala alpa. Manusia itu lemah.

Dibohongi itu sakit, pake banget. Terlebih saat kita sudah sangat mempercayai yang bersangkutan. Tapi, apakah harus dibalas?

Itu pilihan.

Dari kebohongan, bukan hanya kita tak lagi mempercayai orang yang melakukannya, juga tak lagi mampu menghormatinya. Lalu bisa saja timbul dendam yang membuat kejadian demi kejadian burukpun terus berlangsung. Sangat sedikit sekali yang mau melihat sisi lain yang mendamaikan hati sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun