Mohon tunggu...
Rina R. Ridwan
Rina R. Ridwan Mohon Tunggu... Penulis - Ibu yang suka menulis

Pembelajar Di Sekolah Kehidupan Novel: Langgas (Mecca, 2018) Sulur-sulur Gelebah (One Peach Media, 2022) Kereta (Mecca, 2023) IG: rinaridwan_23

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Ganggu Suroboyoku

13 Mei 2018   10:47 Diperbarui: 13 Mei 2018   11:04 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak terima rasanya mendengar kebiadaban terjadi di kota kelahiran saya, Surabaya.  Bom bergemuruh di tempat di mana orang beribadah, di mana orang harusnya merasa sebagai tempat yang aman. Yang jauh dari kebencian.

Saya lahir dan di besarkan di kota kedua terbesar di Indonesia ini. Yang saya rasakan, alami dan juga dapatkan selama ini adalah kami semua sangat cinta damai. Kami sangat menghormati perbedaan. Kami hormati setiap agama, rumah ibadah, etnis dan sebagainya. Kami semua punya seragam yang sama dalam bahasa 'jancuk' yang dipenuhi senyum persahabatan.

Saya hanyalah salah satu saksi bagaimana amannya kota Surabaya saat 1998, dimana hampir semua kota besar di Indonesia bergejolak. Kami tetap cengengesan bareng bersama etnis China, Arab dan semua yang berada dalam satu kota ini. Tak kami pelihara kecurigaan, apalagi syak wasangka. Kami tetap duduk bersama menikmati rujak cingur, lontong balap dan rawon setan.  Saat rush terjadi akibat jatuhnya rupiah hingga ke level 16.000,- kamipun tetap mampu mempertahankan kedamaian dengan tak berebut di atm manapun.

Arek-arek Suroboyo memang ekspresif, tapi kami tak destruktif. Kami bicara dengan mulut dan hati yang sama, kami orang-orang yang apa adanya. Terbuka pada persahabatan dengan siapa saja.

Sungguh, tersentak mendengar bom bergemuruh di kota ini. Bukan lagi bom yang menewaskan musuh, namun bom yang menewaskan saudara sendiri. Ini bukanlah karakter kami. Bukanlah karakter arek-arek Suroboyo. Darah kami darah pahlawan, bukan darah pengecut. Yang kami bom bukanlah kawan sendiri, tapi penjajah seperti Mallaby.  Kami bukan tidak mengenal teroris, tapi kami bukan bagian dari mereka.

Kekerasan adalah potensi setiap orang. Tanpa mengenal lagi suku, agama ataupun ras. Jangan coba mengadu domba kami, karena kami bukanlah domba. Kami arek-arek Suroboyo yang bisa membedakan mana musuh mana kawan. Sungguh, ini adalah bagian yang tak akan kami biarkan bertumbuh.

Duka mendalam saya haturkan pada para korban yang tak berdosa. Semoga aparat segera dapat menangkap otak pelaku dan menghukum mereka seberat-beratnya.

Semoga Surabayaku kembali damai, kembali kompak berteriak'jancuk' dalam persahabatan yang dipenuhi ketulusan dan kekeluargaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun