Saat ini,
sang ratu
dikawal tujuh kurcaci
Sedang menyusun strategi
Untuk melindungi
'hutan buatan'nya
Tulisan diatas serentak mengisi linimasa di media sosial pagi ini. Yang melakukannya adalah para murid sebuah sekolah menengah atas negeri di kota tempat saya tinggal. Sebelumnya ada ketegangan yang makin memuncak dikarenakan kekecewaan demi kekecewaan yang telah mereka alami selama ini pada Sang Ratu, sebutan untuk kepala sekolah mereka.
Karena keadaan yang makin tegang tersebut, kepala sekolah meliburkan anak didiknya hari ini. Rupanya anak-anak telah punya rencana yang cukup matang. Mereka yang diliburkan datang berbondong-bondong ke sekolah dengan membawa beragam banner yang intinya menginginkan kepala sekolah lengser.
Dalam hidup ini, ternyata memang ada orang yang pintar mengambil pelajaran dari kejadian yang menimpanya, ada yang sebaliknya. Bebal dan tak pernah mau introspeksi. Merasa sebagai orang yang selalu benar. Terlebih pada orang yang suka menggantungkan dirinya pada kehormatan dan kekuasaan orang lain, membuatnya sombong dan merasa untouchable.
Begitulah yang terjadi pada kepala sekolah ini. Track recordnya ternyata cukup memprihatinkan. Pada dua sekolah sebelumnya yang bersangkutan telah di demo yang membuatnya berpindah ke sekolah yang hari ini juga men'demo'nya kembali. Tiga sekolah, tiga demo. Semua tak menghendaki yang bersangkutan untuk melanjutkan kepemimpinannya di sekolah.
Tentu bukan tanpa alasan kenapa terjadi demikian. Banyak sekali 'dosa' yang berulang dan terus dilakukannya di tiap sekolah yang dia pimpin. Dari suka mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, seperti bodoh, jelek, miskin dan sebagainya. Yang tentu saja tak pantas dilakukan oleh seorang pendidik. Â Terlebih beliau sudah menjadi pimpinan. Yang harusnya mengayomi dan memimpin dengan baik. Bukan malah menjatuhkan orang yang dipimpinnya dengan kata-kata yang tak mendidik sama sekali.