Mohon tunggu...
Rina Nabila
Rina Nabila Mohon Tunggu... Editor - abstrak

bisa karna terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sanggupkah si Tua Ini Bertahan?

22 Mei 2019   18:59 Diperbarui: 22 Mei 2019   19:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai warga negara yang semestinya menjaga akan dasar negaranya, kita tidak bisa duduk manis berpangku tangan menunggu hasil kerja pemerintah. Sudah sepatutnya kita bergerak, kita yang memulai gebrakan untuk kembali menghembuskan napas pancasila dalam tiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara tentu dengan cara yang berbeda dengan apa yang telah dilakukan rezim "penyembah" Pancasila. Gerakan bottom-up kiranya lebih efektif untuk mengakarkan Pancasila dibanding dengan gerakan top-down yang seakan memaksa orang untuk ber-Pancasila.

Penanaman nilai Pancasila harus dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat yaitu dari individu tiap masyarakat yang kemudian berkembang ke unit keluarga, keluarga inilah yang kemudian akan membentuk karakter tersebut lebih kuat. Pembelajaran karakter Pancasila pada unit keluarga dapat dijadikan metode untuk menanamkan Pancasila lebih dini pada generasi muda penerus bangsa. Perwujudan karakter Pancasila dalam keluarga memang sebagian besar atau bahkan seluruhnya terjadi secara tidak langsung. Nilai Pancasila dalam keluarga direfleksikan melalui kebiasaan menghargai perbedaan antar anggota keluarga, musyawarah dalam keluarga, dan lain sebagainya yang kemudian apabila nilai ini telah mengakar cukup kuat kemudian dibawa ke tengah masyarakat yang plural maka akan melahirkan orang-orang dengan tingkat toleransi yang tinggi, warga negara yang berpegang teguh akan dasar negaranya, dan pada akhirnya akan menghasilkan seorang negarawan yang hebat.

Selain penanaman nilai Pancasila di dalam lingkup keluarga juga perlu untuk adanya penguatan nilai tersebut di lingkup pendidikan. Akan tetapi ironis adanya ketika kita menemukan masih ada lembaga pendidikan yang bertindak intoleran seperti kasus yang terjadi di beberapa sekolah yang mewajibkan seluruh siswi nya untuk mengenakan jilbab tanpa memandang agama dari siswi tersebut. Kebijakan ini sungguh sangat bertolak belakang dengan nilai toleransi yang diajarkan Pancasila. Seharusnya sekolah atau lembaga pendidikan itu menjadi wadah untuk menempa mental Pancasila melalui jalur pendidikan dengan penguatan pendidikan karakter Pancasila. Sekarang, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kurikulum terbarunya yang menekankan pada pendidikan karakter dapat dipandang sebagai langkah awal penguatan karakter Pancasila dalam diri peserta didik. Tentunya langkah ini harus terus dikawal dan dikembangkan secara berkesinambungan agar apa yang dicita-citakan bisa terwujud sesuai harapan.

Indonesia dengan kemajemukannya memerlukan orang-orang dengan toleransi yang tinggi untuk menjaga kokohnya pondasi Pancasila ini. Akan tetapi, sekarang toleransi itu memang mudah untuk dikatakan akan tetapi sangat sulit untuk dilakukan, kata mayoritas dan minoritas masih ada di tengah masyarakat padahal Pancasila itu sendiri tidak mengenal istilah mayoritas maupun minoritas, yang ada hanyalah persatuan dalam kemajemukan, "Bhinneka Tunggal Ika". Miris memang kita rasakan saat ini ketika orang-orang yang saling bersaudara tetapi malah saling mengadu domba. Terlebih akhir-akhir ini, ketika memasuki tahun 2019, Tahun Politik, sikap tenggang rasa itu sulit untuk ditemukan. Yang ada hanyalah saling caci dan maki saat terjadi perbedaan pilihan. Padahal demokrasi yang diusung Pancasila tidak menginginkan hal tersebut dan lagi-lagi nilai Pancasila dilunturkan oleh orang yang mengaku ber-Pancasila sendiri.

Menyikapi hal tersebut sulit memang untuk kembali menyadarkan mereka yang menyimpang agar kembali pada ajaran Pancasila. Tapi tak mungkin juga untuk dibiarkan berkelanjutan maka disinilah diperlukan peran serta pemerintah dan masyarakat yang masih berpegang teguh pada Pancasila untuk mengkampanyekan lagi Pancasila dengan segala keluhuran nilainya. Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan-kebijakan penguatan Pancasila dan mengoptimalkan kinerja UKP-PIP sebagai lembaga negara yang berwenang untuk mengawal Pancasila. Masyarakat juga harus peka terhadap kondisi yang terjadi dan menjadikan Pancasila sebagai benteng dalam hidup bernegara sehingga nilai Pancasila bisa terus hidup dalam sanubari warga negara.

Gebrakan kecil kita untuk hidup ber-Pancasila dapat memberikan semangat lagi bagi si tua Pancasila untuk terus hidup dan berdiri dengan gagah menghalau segala rintangan berbangsa dan bernegara yang terus menghantam dan menggoyahkan negeri ini. Mari bersama kita wujudkan nilai Pancasila dalam tiap sikap dan perilaku kita sebagai masyarakat Pancasilais.

By: A.N.R.Y

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun