Dalau lagi ngumpul pas pulang bareng, biasanya kami motong ayam kampung. Nah, karna kami ada delapan prang satu keluarga, Bapak dan mama, abangku, aku dan adik-adikku, maka ayam yg kami potong biasanya tak tanggung-tanggung, dua ekor ayam yg besar.
"Asa tor puas (biar langsung puas)" kata bapak selalu..
Biasanya yg memotong ayam itu adalah bapak satu ekor dan abangku yg satu lagi sedangkan aku entah dimana.
Menurut cerita mamaku, dulu aku takut melihat hewan yg dipotong.
Pernah suatu kali 'katanya' waktu kami masih tinggal di Barus, aku pernah menangis menjerit-jerit karena ayam yg dipotong itu tidak langsung mati dan melompat kearahku, katanya juga aku menangis tersedu-sedu karena takut dan panik yg bukan main. Tapi satu yg unik, meskipun takut setengah mati melihat ayam itu dan sampai menangis, bukan berarti aku tidak mau makan dagingnya, kusantappun :D
Jadi berhubung abangku sedang tidak pulang kampung, jadi memotong ayamlah kami attong.
"Seatton ma sada dah (potonglah satu)" kata bapaklah samaku.
"Dang pa, bapa ma..(Nggak pak, bapak ajalah.."
"Ai bohado anggia, parsiajari attong maneat manuk i (Gimananya, pelajarilah motong ayam itu..).."
"Pasombu ma isi Pak Gun, lok ma si Naldi i manyeat sada asa marsiajar imana (Biar ajalah disitu pak Gun, biarlah si Naldi itu yg potong satu, biar belajar dia.." Kata mama tiba-tiba menyela.
"Ah, biar ajalah bapak ma.."Jawabku.