Mohon tunggu...
Rina Najiha
Rina Najiha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang pelajar yang berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Slametan Malam Nuzulul Qur'an

28 April 2021   22:34 Diperbarui: 28 April 2021   23:05 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Malam Nuzulul Qur'an di Dusun Wijenan Kidul / dokpri

Bulan Ramadan merupakan bulan yang spesial bagi umat Islam. Bagaimana tidak. Pada bulan tersebut, pahala dilipatgandakan dan pintu ampunan juga sangat terbuka lebar. Berbagai cara dilakukan untuk menyambut bulan yang suci ini. Berbagai cara pula yang digunakan untuk mengisi bulan yang penuh rahmat ini. 

Pada bulan ini pula Al-Qur'an diturunkan, sebagai pedoman bagi umat Islam. Malam ini biasa dikenal sebagai Malam Nuzulul Qur'an, yang diperingati setiap malam 17 Ramadan. Di berbagai daerah memperingati malam yang begitu mulia ini dengan berbagai cara, tidak terkecuali di kampung saya, Dusun Wijenan Kidul, Desa Singolatren. 

Tradisi Slametan Malam Nuzulul Qur'an di kampung saya, diawali dengan pengajian atau kultum sebelum berbuka yang diisi oleh tokoh agama. Biasanya isi dari ceramah yang disampaikan adalah sejarah turunnya Al-Qur'an dan keutamaan membacanya serta menadaburi isi kandungan ayatnya. Walaupun sekilas materi ceramah seperti berulang setiap tahunnya, akan tetapi kita sebagai manusia terkadang lalai sehingga kita perlu mendengarkan ceramah tersebut  agar ingat kembali pada pedoman hidup ini.

Namun, sebelum masyarakat berkumpul di masjid untuk mendengarkan pengajian, terlebih dahulu kita membawa nampan yang berisi makanan untuk berbuka puasa nanti. Biasanya nampan berisi nasi dan lauk-pauk khas kampung saya dan satu nampan untuk satu keluarga. Masyarakat kampung saya juga mengajak anggota keluarganya, seperti adik, kakak, anak, dan bapak. Untuk jamaah wanita, ada di ruang terpisah dan sama-sama membawa nampan. Hal ini bertujuan mengenalkan tradisi ini kepada generasi muda dan juga ajang silaturami sesama warga.

Setelah kita mendengarkan ceramah tersebut, kita diajak untuk tahlilan dan berdoa bersama untuk hajat kita dan mendoakan arwah-arwah para anggota keluarga kita yang telah berpulang ke rahmatullah. Sembari menunggu berbuka, para warga menyiapkan tempat yang nyaman untuk makan bersama. 

Uniknya, penanda waktu berbuka di kampung saya adalah bunyi sirine yang merupakan relai dari radio yang menyiarkan waktu berbuka puasa untuk kota saya dan sekitarnya. Ketika suara sirine sudah terdengar, para jamaah menyantap makanan yang ada di nampan bersama-sama. Terlihat keharmonisan antar  jamaah dan rumang (Bahasa Osing : ramai atau hangat dalam suasana). 

Jarak antara suara sirine dengan Azan Magrib sekitar 10 menit. Waktu tersebut dirasa cukup untuk menyantap santapan berbuka yang dibawa. Ketika azan berkumandang, para jamaah sudah selesai berbuka dan mempersiapkan diri untuk mengikuti Salat Magrib berjamaah. Oleh karena waktu Magrib itu sempit, sehingga setelah azan langsung ikamah dan segera menunaikan Salat Magrib. Tradisi Slametan Malam Nuzulul Qur'an tersebut diakhiri dengan berdoa bersama setelah Salat Magrib. 

Itulah serangkaian tradisi Slametan Malam Nuzulul Qur'an yang ada di kampung tempat tinggal saya. Semoga kita dapat mengambil hikmah pada  malam turunnya Al-Qur'an ini dengan mengamalkan ayat Al-Qur'an, sehingga bertambah keimanan dan kualitas ibadah kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun