Mohon tunggu...
Rina Sariyanti
Rina Sariyanti Mohon Tunggu... Freelancer - Rinatsa

Suka menulis dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Energi Positif Ku Terserap Banyak oleh Mereka yang Ternyata (Bermuka Dua)

22 Oktober 2019   12:31 Diperbarui: 22 Oktober 2019   12:46 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minggu belakangan ini, aku disibukkan dengan tugas baru sebagai Sie dana di keanggotaaan panitia Family Gathering perusahaan tempatku bekerja.

Terhitung Mulai 9 September 2019 sampai due date penerimaan terakhir kemarin tanggal 18 Oktober 2019 aku gencar menegosiasi suplier untuk memberikan partisipasi dana. Ada beberapa suplier yang sigap, begitu terima email langsung proses transfer, ada suplier yang butuh effort lebih. Maklum tidak semua attention yang berhubungan langsung dengan saya itu Owner / pemilik langsung perusahaan ( Suplier ), ada beberapa yang sales marketing, dan mereka hanya bekerja bukan decision maker. Harus pengajuan dulu ke manajemen, sampai manajemen diajukan ke owner sampai owner dengan alasan tidak mencapai target pembelian minimum, sedang cost down dll yang pada akhirnya tidak memberikan partisipasi dalam bentuk apapun ke perusahaan kami.

Aku terus melakukan negosiasi, bahasa halusnya sedikit memohon kepada suplier yang belum memberikan partisipasi, untuk segera memberikan partisipasi dananya sebelum due date penerimaan terakhir. menurutku, aku sudah melakukan tugas dengan baik sesuai intruksi ketua panitia.

Hal tidak mengenakan terjadi ketika kemarin tanggal 18 Oktober 2019, rencananya seluruh panitia inti mau mengadakan survey lokasi dan brifing acara

di tempat yang menjadi lokasi tujuan Family Gathering, karena waktunya dihari kerja diminta untuk ijin ke atasan masing - masing. Dari seminggu sebelum survey, aku sudah ijin ke atasanku dan di ACC. 

aku santai dong, karena sudah dapet ijin, eh h-3 sebelum survey tiba - tiba salah satu panitia info bahwa intinya aku tidak boleh mengikuti survey lokasi tersebut. Dan yang bikin aku terkejut adalah alasannya aku tidak perlu mengikuti survey tersebut karena tidak berhubungan langsung dengan kegiatan di Lapangan. Betapa sakit hatinya aku, " ngumpulin sponsor dana untuk acara yang nilainya puluhan juta dianggap tidak penting / tidak perlu karena tidak terlibat langsung dalam kegiatan.

Memang secara rangkaian kegiatan tidak terlibat, tapi tanpa dana yang aku cari acara tersebut mustahil terwujud. Dan mereka tidak menyadari itu.

Dalam hati, boro - boro dapet apresiasi malah dianggap tidak penting! Sakit rasanya...

Hari H survey aku tidak ikut, dan cuti mendadak dari pekerjaan karena aku masih sakit hati dengan ucapan pembina Panitia yang notabene nya adalah Manajer di perusahaan tempatku bekerja.

Aku memang sempat bilang ke teman - teman sesama panitia di WA grup, " capek capek ngumpulin uang puluhan juta dianggap ga penting, okey next ada acara gathering lagi, aku gamau jadi anggota". aku bicara seperti itu karena sakit hati. Aku pikir, teman - temanku cukup sampai di telinga mereka, dan memaklumi aku yang lagi baper. Eh, ternyata ada yang ngadu ke pembina panitia yang aku ucapkan di WA grup. Masalah belum selesai, keesokan hari nya aku dipanggil, untuk menjelaskan apa yang aku katakan?. 

Aku bicara jujur, apa yang aku rasakan, dan Manajer mengakui memang tidak seharusnya bicara seperti itu.

Masalah selesai, hanya saja dengan kejadian ini aku jadi lebih hati - hati bicara terhadap teman kerjaku. Yang aku pikir hanya sharing, sesama karyawan, unek - unek yang kita rasa, masalah yang sedang kita alami, tapi salahh bicara diadukan ke atasan. Padahal didepan kita, Dia asyik asyik aja ikut memberikan masukan bahkan kadang juga berkomentar buruk tentang atasan, tapi kalau kita omong apa disampaikan nya beda.

Jadi berteman dengan rekan kerja, hanya sebatas urusan pekerjaan saja. Tidak pantas disebut sahabat.

Salam,

Rina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun