Mohon tunggu...
Rina Purwaningsih
Rina Purwaningsih Mohon Tunggu... Penulis - Stoic

An ordinary woman with big dreams

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebaiknya Kita Bangga Menjadi Netizen Budiman dan Berjiwa Sosial

22 Mei 2021   10:07 Diperbarui: 22 Mei 2021   10:31 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain kemampuan mem-"bela diri" yang mumpuni di ajang gelut online yang terpampang di berbagai media sosial yang membanggakan ngisin-ngisini, sebenarnya netijen +62 adalah kaum berbudi alias budiman dan budiwoman dengan jiwa sosial tinggi dan patut diacungi jempol.

Jadi begini ceritanya, suatu hari saya mencari bahan menulis dengan tema perseteruan ortu versus anak, tanpa sengaja saya menemukan nama yang selalu muncul di hampir setiap konflik Malin Kundang versi kekinian. Dia adalah Dedi Mulyadi, mantan bupati Purwakarta. Padahal jika ditilik dari profesinya kini yang menjabat sebagai anggota DPR RI komisi IV yang membawahi Pertanian; lingkungan hidup; kehutanan dan kelautan,  aneh aja rasanya tiba-tiba mencungul sebagai penengah konflik internal keluarga. Kecuali kalau dia menengahi konflik buaya muara vs hiu karena rebutan jatah parkir di pantai Kuta misalnya, orang awam kayak saya sekalipun bisa maklum.

Lain lagi dengan ibu-ibu arisan di kampung saya. Mbak Sri, tetangga saya, curhat tentang suaminya yang nggak juga dapat kerja sejak pandemi. Semua peserta arisan, termasuk saya berlomba-lomba memberikan solusi terbaiknya mulai dari trik berhemat sampai cara berkelit cantik dari penagih utang. Diantara semua saran yang menghujani mbak Sri, menurut saya saran Bu Sugeng - lah yang terbaik. Bu Sugeng menyarankan mbak Sri untuk pergi ke rumah Baim Wong untuk meminta bantuan.

Bu Sugeng haqqul yakin Baim tidak akan tega dan pasti akan memberikan pertolongan. Melihat keraguan di muka para ibu-ibu dengan sigap Bu Sugeng memperlihatkan sebuah konten milik Baim Wong. Di video itu Baim memperlihatkan kegalauannya menolak permintaan bantuan orang yang datang ke rumahnya dengan bemacam-macam keluhan, mulai dari korban PHK sampai pada ketiadaan biaya sakit. Adegan berakhir manis dengan adanya segepok uang kertas warna biru meluncur dari kantongnya. Oooo! semua melongo, terpesona akan kehadiran superhero baru yang membantu menyelesaikan masalah tanpa masalah, nggak seperti cicilan di pegadaian yang justru menambah masalah.

Ada kesamaan antara konten video Dedi Mulyadi dengan Baim Wong, keduanya sama-sama mengusung tema humanisme. Tema Dedi Mulyani: "membahagiakan orang miskin" tertulis jelas di beranda channelnya. Beberapa foto di beranda channelnya membuktikan sisi humanis Dedi, misalnya saat seorang wanita tua berbaju lusuh menangis dipelukan Kang Dedi  atau saat Kang Dedi sungkem kepada seorang laki-laki berkalung sarung yang buta. Sementara itu video Baimpaula terlihat lebih simpel, hanya menunjukkan foto Baim dan Paula yang sedang bercanda mesra.

Walaupun demikian konten Baimpaula lebih variatif dibandingkan milik Dedi Mulyadi. Mungkin karena Baimpaula menjadikan kehidupan pribadinya sebagai konten hiburan seperti selebriti lainnya misalnya Raffi Ahmad yang lebih dulu membuat konten bertema kehidupannya bersama Gigi, istrinya. Konten-konten seperti inilah yang disukai ibu-ibu macam Bu Sugeng atau mbak Sri tadi, seperti yang dikatakan Baim di pod cast milik Sandiaga Uno. Bahkan dia meng-klaim bahwa  tontonannya tak hanya menghibur, namun juga bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan, sekaligus mengedukasi masyarakat lain yang mampu untuk berbagi.  Duuh mulia sekali!

youtube.com

Di pod cast yang sama, Baim dengan jelas mengatakan bahwa bisnis konten di youtubenya mengalami pasang surut. Kata kunci bisnis ini cukup menjelaskan bahwa konten bertema belas kasihan kemanusiaan pun ternyata layak dijadikan sumber mata pencaharian yang menjanjikan. Beramal sekaligus mendapatkan keuntungan. Walaupun di sebuah kesempatan, tepatnya di pod cast milik  Dedy Corbuzier, Dedi Mulyani menjawab dengan diplomatis pertanyaan Dedy Corbuzier bahwa apa yang ia lakukan bukan karena uang tapi semata sebagai jalan spiritualitas memperoleh kebahagiaan.

Apapun alasan kedua content creator itu, mereka telah mendulang keuntungan yang tidak bisa dikatakan biasa saja. Menurut situs Social Blade, Kang Dedy Mulyadi Channel, jika dihitung berdasarkan RPM (Revenue Per Thousand Impression) pendapatan Dedi Mulyadi sebesar $56.3k -- $901.3k atau jika dikonversi ke rupiah (saat ini kira-kira 14.000 per dolarnya), berkisar antara Rp 36,4 juta -- Rp 588 juta per bulannya. Sedangkan penghasilan per bulan channel Baimpaula sebesar $28.2k - $451.4k atau  berkisar antara Rp 3,948M -  Rp 6,319.6M. Warbiyasaa Bosquee!

Hasrat berbagi kedua tokoh itu menunjukkan jiwa sosial yang tinggi. Hal ini mengingatkan seorang tokoh legenda pembela kaum miskin yakni Robin Hood.  Dia rela mambagi-bagikan hartanya demi mengurangi gap antara si kaya dan si miskin. Hal ini sejalan dengan pendapat Simon Kuznets tentang "efek Robin Hood" yang mengatakan bahwa mekanisme re-detribusi kekayaan pemilik modal pada kaum miskin akan membuat masyarakat memiliki tingkat ketimpangan yang rendah.

Bayangin saja jika dari 701ribu subscriber Dedi Mulyadi atau 17,7 juta subscriber Baimpaula, setengahnya saja, terinspirasi  melakukan hal yang sama seperti Robin Hood nya Indonesia tersebut, niscaya krisis di negeri ini akal cepat selesai dan perekonomian kembali pulih. (Mari kita amini)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun