Mohon tunggu...
Rimba Fauzan Adzima
Rimba Fauzan Adzima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasti Bisa

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

3 T Menghadapi Covid

17 Januari 2022   11:44 Diperbarui: 17 Januari 2022   11:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penanganan wabah yang pernah dihadapi untuk dijadikan cara menangani wabah saat Covid 19, diterapkan di SD IT Al Fathonah dalam rangka program Kampus Mengajar Angkatan 1 Rimba Fauzan Adzima Mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia

 Langkah yang diambil untuk menghadapi wabah Beberapa langkah diambil untuk mengangani wabah pes ini. Menurut Kur'anania dan Rahayu (2019, hlm. 269), pada tahun 1915 pemerintah kolonial membentuk lembaga khusus untuk menanggulangi wabah penyakit pes (Dienst der Pestbestrijding) di daerah-daerah yang terinfeksi wabah penyakit pes. Yang kemudian dibantu oleh lembaga kesehatan masayarakat bentukan pemerintah Kolonial ialah lembaga Burgelijke Geneeskundige Dienst yang bergati nama lembaga Dienst der Volksgezondheid. 

Menurut Baha' Uddin ( dalam Menurut Kur'anania dan Rahayu , 2019, hlm. 29), Tugas-tugas dari lembaga pemberantasan pes adalah melakukan tindakan preventif yang bersifat pencegahan seperti memberikan edukasi dan gambaran terkait cara penyebaran penyakit pes, gejala penderita yang terkena peyakit pes serta adanya propaganda kesehatan masyarakat, selain itu tindakan kuratif juga dilakukan dengan memberikan tindakan perawatan dan pengobatan kepada pasien yang telah positif tertular penyakit pes. Tindakan kuratif ini dilanjutkan dengan upaya rehabilitasi kepada pasien sebagai bentuk pemulihan dan penyembuhan penyakit. selain itu tugas dari lembaga pemberantasan ini juga membuat kebijakan terkait subsidi dana untuk kesehatan yang berorientasi meningkatnya pelayanan kesehatan secara kuratif yaitu mendirikan banyak rumah sakit sipil baik rumah sakit milik pemerintah dan rumah sakit pembantu di daerah pedesaan dan yang membawahi dinas-dinas yang bertujuan untuk memperbaiki rumah dan pembersihan perumahan pribumi yakni membangun desain perumahan rakyat pribumi supaya tidak menjadi sarang tikus.

 Selanjutnya kita melihat bagaimana langkah yang dimabil pemerintah saat itu untuk menangani wabah kolera. Dimana pemahaman Masyarakat mengenai Kesehatan yang kurang memadai menjadi salah satu faktor penyebab ketidaktahuan masyarakat dalam menjaga kesehatan tubuhnya dan kesehatan lingkungannya yang kemudian menyebabkan mudah menyebarnya penyakit kolera Yang bisa kita lihat di kota Surabaya. Menurut Fijriani dan Sugiarti dan Kusuma (2014, hlm. 32), Penekanan jumlah penyakit kolera terutama pada anak-anak banyak dilakukan seperti vaksinasi serta adanya pencegahan penyakit kolera dengan menggunakan obat-obatan yang beredar luas di masyarakat serta minuman oralit yang banyak disebutkan dalam penyuluhan kesehatan sebagai penanganan pertama apabila terlihat gejala-gejala penyakit kolera seperti muntah dan buang air besar secara menerus tanpa henti.

 Peran pemerintah untuk menekan agar berkurangnya jumlah penyakit kolera ini dapat dilihat dari berbagai cara yakni diadakannya epidemologi jika terdapat di suatu wilayah endemis kolera yang kemudian diharapkan agar penyakit kolera ini tidak pernah mewabah kembali . Terakhir kita melihat langkah yang diambil untuk menangani wabah influenza. Ketika virus itu mulai menyerang kota-kota besar di Jawa pada Juli 1918, pemerintah dan penduduk tidak terlalu memperhatikan dan peduli. Mereka tidak sadar jika virus tersebut akan menjalar dengan cepat. Karena saat itu pemerintah lebih memfokuskan perhatiannya terhadap penanganan penyakit-penyakit menular lain yakni kolera, pes, dan cacar. Menurut Firmasnyah (2020) , demi mencegah dampak sosial-ekonomi yang lebih jauh, pemerintah kolonial berupaya mengatasi epidemi dengan penelitian di laboratorium, mengoptimalkan propaganda kesehatan, dan menerbitkan influenza ordonnantie. 

Salah satu propaganda kesehatan yang coba dilakukan pemerintah kolonial adalah menerbitkan buku pedoman, berjudul Lelara Influenza, Buku ini diterbitkan Balai Poestaka. Isinya berupa anjuran kesehatan dalam percakapan tokoh wayang, dengan bahasa dan huruf Jawa . Keterhubungan penanganan medis dengan Covid-19 Sebenarnya Wabah pes pertama dilaporkan terjadi di Indonesia pada tahun 1905 dengan 2 kuli dilaporkan tertular di Pelabuhan Bandar Deli, Sumatera Utara. pemerintah kolonial mengabaikannya karena hanya ada dua orang korban, pembuatan lembaga penanganan baru ada tahun 1915 ketika sudah mencapai jawa dan menyebar ke daerah lain. Begitu pula ketika pandemi influenza mulai tiba di Hindia Belanda pada Juli 1918 yang dengan cepat telah menyebar hamper diseluruh jawa Pulau Jawa, setahun kemudian telah mencapai Papua Barat. 

Sebelumnya keberadaan dibantah oleh pemerintah. Padahal awal tahun 1918 Konsultat Jenderal Belanda di Hongkong dan Singapura telah memperingatkan bahaya pandemi tersebut. Setelah mengetahui keberadaan pandemi, November 1919 ketika influenza telah menyebabkan 1,5 juta jiwa meninggal dunia pemerintah baru mulai membagikan masker. Sikap "santai" ini telah diwariskan kepada pemerintah Indonesia dalam menangani Covid-19, yang cenderung lamban, ketika Corona telah terdeteksi dipenghujung tahun 2019 pemerintah telah abai dan mengatakan tidak akan masuk ke Indonesia, yang nyatanya telah perhari ini tanggal 27 Mei 2020 tercatat lebih dari 23 ribu orang telah dinyatakan positif dan 5 ribu diantaranya telah meninggal. Lantas satu abad berlalu warisan kolonial masih kita jalankan, penanganan pandemi Covid-19 hari ini telah mengabaikan pengalaman historis kita di masa lalu. 

Pengalaman historis terkait wabah kolera, pes, dan influenza sudah semestinya menjadi ingatan kolektif yang terus diwariskan. Berbasis ingatan kolektif ini, pemerintah dan warganya yang awal cenderung mengabaikan dan terlambat dalam menangani, akan belajar dan sigap, kebijakan penanganan perlu dijamin baik ketika maupun pascawabah, yang mengutamakan keselamatan berbasis kesejahteraan semua warga negara dengan adil. Akses terhadap kesehatan, stimulus ekonomi, jaring pengaman sosial, dan ketahanan pangan harus mencapai semua warga negara dengan tepat. Karena dengan begitu, wabah ini dapat dijadikan momentum untuk kita mengurangi ketimpangan sosial. Gotong-royong semua pihak dengan penuh kedisiplinan adalah potensi kolaborasi paling mutakhir, bukan saja untuk membangun sistem imun kesehatan individual melawan covid-19, melampaui itu kita akan membangun sistem imun nasional-internasional untuk wabah dimasa depan, kita akan mewariskan sejarah ini untuk pembelajaran merek

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun