Mohon tunggu...
Dino  Rimantho
Dino Rimantho Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati lingkungan

Penikmat kopi yang simple dan ingin berbagi pengetahuan di bidang lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dua Sisi Pengelolaan Limbah Elektronika: Masalah atau Peluang?

9 Desember 2020   08:05 Diperbarui: 9 Desember 2020   08:13 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Peralatan listrik dan elektronik memiliki kontribusi yang besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan penemuan teknologi dalam produk elektronik mampu menyederhanakan aktivitas manusia baik di kantor maupun di rumah. Sebagai hasilnya, perangkat elektronik tampaknya sangat sulit untuk dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Laju inovasi teknologi pada perangkat listrik dan elektronik yang bergerak lebih cepat dari yang diharapkan.  

Sebagai contoh hasil suatu studi yang dilakukan di Uni Eropa (UE), limbah elektronik tumbuh dengan kecepatan 3% hingga 5% per tahun, atau sekitar tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan aliran limbah individu lainnya di sektor limbah padat.  Akibatnya, keberadaan peralatan listrik dan elektronik menjadi lebih pendek dan menjadi usang. 

Dengan demikian, semakin banyak peralatan elektronika yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, maka hal ini juga akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan terhadap laju timbulan limbah elektronika di tempat pembuangan limbah. Limbah elektronika merupakan istilah yang digunakan meliputi semua barang-barang dari semua jenis peralatan listrik dan elektronik serta bagian-bagiannya yang telah dibuang oleh pemiliknya sebagai limbah tanpa niat untuk digunakan kembali.

Perangkat elektrikal dan elektronika dapat terdiri dari berbagai macam bentuk atau jenisnya tergantung dari penggunaannya. Sehingga untuk memudahkan mengklasifikasikan perangkat elektronika tersebut maka Uni Eropa telah membagi perangkat elektronika tersebut ke dalam sepuluh jenis kelompok, seperti peralatan rumah tangga besar, peralatan rumah tangga kecil, teknologi informasi dan peralatan telekomunikasi, peralatan konsumen, peralatan pencahayaan, alat-alat listrik dan elektronik, mainan, sistem peralatan medis, pemantauan instrumen kontrol, dan dispenser otomatis.

Produksi peralatan listrik dan elektronika di negara-negara maju mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dibanding dengan produk lainnya. 

Sebagai contoh, badan organisasi lingkungan hidup UNEP melaporkan jumlah komputer desktop (PC) yang dijual di seluruh dunia mengalami peningkatan sebesar lima kali, dimana pada tahun 1998 sebesar 105 juta unit menjadi sebesar 500 juta unit pada tahun 2000 dan pada akhir tahun 2005 menjadi sebesar lebih dari satu milyar unit. Selain itu, UNEP juga melaporkan bahwa pada tahun 2008 terdapat sekitar 71 juta komputer desktop yang terjual di Amerika Serikat.  

Jumlah limbah elektronika diperkirakan terus meningkat setidaknya 3- 5% per tahun, dan menjadi aliran limbah yang paling cepat berkembang di dunia industri. Secara umum diperkirakan bahwa laju timbulan limbah elektronika sekitar 40 juta ton per tahun. 

Studi yang dilakukan terkait laju timbulan limbah di beberapa negara di Asia seperti Taiwan, China, Thailand, Philipina, Korea dan India menunjukkan peningkatan jumlah laju timbulan limbah elektronika. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, (BPS) tahun 2012, jumlah produksi elektronik dalam negeri untuk dua jenis barang, yaitu televisi dan komputer sungguh signifikan. Indonesia mampu memproduksi televisi sebanyak 12.500.000 Kg per tahun dan mengimpor televisi sebanyak 6.687.082 Kg per tahun. 

Sementara untuk komputer, Indonesia mampu memproduksi 12.491.899.469 Kg per tahun, dengan jumlah impor 35.344.733 Kg per tahun. Sementara itu, berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik DKI Jakarta (2015) menjelaskan bahwa kepemilikan produk elektronika baik telepon genggam maupun laptop/komputer mengalami peningkatan yang signifikan mulai tahun 2011 sampai dengan 2014. 

Sebagai contoh, kepemilikan telepon genggam pada tahun 2011 sebanyak 2.425.299 menjadi 2.554.283 di tahun 2014, sementara itu kepemilikan laptop/komputer pada tahun 2011 sebanyak 761.690 menjadi sebanyak 908.201 di tahun 2014. Tidak ada keterangan secara detail yang dilaporkan oleh BPS terkait dengan jenis dan karakteristik dari limbah elektronika lainnya di DKI Jakarta secara khusus maupun Indonesia secara umum.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun