Mohon tunggu...
Rima HakimiahAhmad
Rima HakimiahAhmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Halma Mengajar: Sepenggal Kisah Semangat Belajar di Pelosok Negeri

7 Juni 2021   21:16 Diperbarui: 7 Juni 2021   23:26 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Ketika sampai di sekolah, terlihat murid-murid berkumpul di dekat pintu dengan sesekali terdengar sorakan kegembiraan sebab melihat para mahasiswa yang datang dengan sepeda motor mereka, atau mungkin karena beberapa panitia terlhat membopong bingkisan-bingkisan hadiah. SDI Miftahul Ulum memiliki enam ruang kelas, sesuai dengan tingkatan kelas pada sekolah dasar, dan satu ruang kepala sekolah. 

Sekolah ini memiliki halaman yang cukup luas, jika dibandingkan murid yang datang pada waktu itu. Kondisi kelas cukup memadai untuk melaksanakan pembelajaran. 

Terdapat sekitar 9-12 meja dan 19-24 kursi di setiap kelas. Pintu dan ventilasi pada setiap ruang kelas nampak layak sehingga terdapat udara dapat bersikulasi dengan baik serta kebutuhan sinar matahari tercukupi. Suasana kelas selalu segar dan sejuk karena jauh dari polusi dan keramaian kota. Selain itu, setiap kelas juga dilengkapi dengan papan tulis dan penghapusnya, meja guru sekaligus kursinya,  lemari dan beberapa poster pembelajaran. Semuanya terlihat layak, namun fasilitasnya memang terbilang tidak modern dan canggih. Papan tulis sudah sangat kotor sampai terkadang sulit untuk melihat tulisan yang ditulis dengan kapur. Selain itu, ruang kelas terbilang cukup kotor dan berdebu karena jarang dibersihkan selama pandemi, dan pada waktu itu, sekolah sudah mulai melakukan pembelajaran tatap muka.

Namun terlepas dari semua itu, ada hal yang cukup lucu terjadi ketika pertama kali masuk ke ruang kelas lima waktu itu. Ada seorang anak perempuan kecil berkerudung yang duduk di lantai depan meja menghadap papan tulis. Ia memegang pensil sambil sesekali membolak-balikkan buku tulisnya. Kedua pipinya basah oleh air mata, nafasnya tersengal-sengal karena menahan isak tangis. Di tempat lain, ada seorang anak perempuan lagi yang menangis. Namun bedanya, dia duduk di atas kursi tidak jauh dari anak yang duduk di lantai. Kedua mahasiswa yang memasuki kelas merasa heran dan bingung, sebenarnya apa yang telah terjadi sebelum mereka sampai? Lalu ditanyalah anak perempuan yang duduk di lantai,

"Dik, kenapa nangis? Ayo duduk kursi, belajar sama kakak," namun yang didapat hanyalah sebuah gelengen.

Mahasiswa satunya lagi berkata kepada empat orang anak lainnya yang sedari tadi hanya menatap dengan diam, "Ini temannya kok bisa nangis kenapa?" kemudian seorang anak perempuan berbadan gemuk yang duduk paling belakang menjawab, "Tukaran, Kak."

Situasi ini cukup membuat bingung kedua mahasiswa tersebut, karena si murid perempuan yang duduk di lantai enggan untuk duduk di kursi. Akhirnya, dipanggillah salah satu guru untuk membujuk si murid perempuan agar mau duduk di kursi, karena sudah sangat terlambat untuk memulai kegiatan pembelajaran.

Pelajaran pagi itu pun akhirnya dimulai dengan perkenalan kedua mahasiswa tersebut. Si murid perempuan yang duduk di lantai sudah mau duduk di kursi. Dia juga sudah berjabat tangan dengan si murid perempuan yang menangis di kursi dan melupakan kejadian yang telah lalu.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
"Matematikanya terakhir belajar apa sama bu guru?"

"Perpangkatan, Kak,"

"Oh oke kalo gitu, kakak mau tanya sesuatu. 3 pangkat 3 sama dengan berapa? Ada yang bisa menjawab?" tidak ada jawaban. "Ada yang mau maju menuliskan jawaban? Ayo tidak usah malu, bakal kakak ajarin kok kalo gabisa. Ayo, ayo, Adik-adik pintar," 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun