Mohon tunggu...
Rima Handayani
Rima Handayani Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Penulis yang masih terus belajar

Be your self

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Say No To Childfree

28 Agustus 2021   10:53 Diperbarui: 28 Agustus 2021   11:06 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://mymeow.com.au/

Childfree ???? Oh... no !!!! Semoga itu tak membudaya di negeri tercinta ini. Why ???? 

Di dunia parenting  sekarang ini fenomena childfree perlu menjadi perhatian utama, prinsip childfree sendiri berarti keengganan untuk memiliki anak, hal ini  banyak menimbulkan pro dan kontra karena bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sebenarnya istilah childfree sudah lama mencuat sejak akhir tahun 2000-an. Bahkan di negara-negara maju pilihan hidup ini semakin populer.  Mereka yang memutuskan memilih childfree  merasa  hidup mereka  lebih bahagia saat tidak memiliki anak.

Banyak faktor yang menjadi penyebab pasutri memutuskan memilih prinsip childfree,  misalnya faktor ekonomi dan sosial, beberapa orang memiliki kekhawatiran tidak akan dapat memenuhi biaya hidup anak ke depannya. Sedangkan beberapa ada yang  merasa bahwa anak hanya akan menjadi beban yang dapat menghambat laju karirnya. Ada pula yang mengaku tidak suka dengan anak-anak, bahkan ada yang memiliki pengalaman traumatis di masa kecilnya sehingga  khawatir tidak akan bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Alasan yang paling umum dikemukakan adalah bahwa child free  cara efektif untuk menekan overpopulasi. Apa iya? Kalau memang seperti itu, mengapa saat ini negara-negara di Eropa justru sedang gencar menaikkan angka kelahiran di negaranya, seperti Finlandia, Estonia dan Perancis justru memberikan tunjangan yang besar agar warganya mau memiliki anak. 

Berbagai alasan tersebut dapat disimpulkan  bahwa mereka yang memilih prinsip child free merasa tidak siap menjadi orang tua. Sehingga tidak siap dengan resiko yang akan muncul di kemudian hari. Dengan alasan berusaha untuk meminimalisir resiko mereka lebih memilih untuk tidak memiliki anak sama sekali. Ketidaksiapan menjadi orang tua ini menunjukkan ada kesalahan pada pola asuh yang mereka terima. Karena salah satu tujuan parenting adalah mempersiapkan anak untuk dapat menjadi orang tua yang bertanggung jawab kelak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa childfree harus menjadi perhatian khusus bagi semua pihak. Suatu keputusan yang dapat dikatakan keliru,  jika ditinjau dari kacamata berbagai aspek. 

Aspek bangsa

Negeri ini masih membutuhkan banyak generasi penerus bangsa, penerus cita-cita luhur para pahlawan. Jika banyak pasutri memutuskan childfree terbayang sudah negeri ini tak memiliki lagi garis keturunan penerus bangsa. Sementara negeri ini sedang dirundung banyak ujian permasalahan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Kepada siapa lagi negeri ini berharap jika bukan kepada generasi penerus bangsa. Di tangan generasi penerus bangsa lah nasib negeri ini dipertaruhkan, jangan sampai negeri ini menjadi tenggelam tanpa nama jika berkurangnya generasi penerus bangsa yang peduli akan nasib bangsanya.

Aspek agama

Sebagai umat yang beragama hendaknya kita meyakini bahwa kebahagiaan yang sejati adalah saat kita dapat menjalankan hidup sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Termasuk dengan fitrah (sifat alamiah) seorang manusia untuk menikah dan melanjutkan keturunan. Dimana memiliki keturunan/anak merupakan salah satu ladang pahala.  Childfree adalah suatu bukti tidak berkembangnya fitrah seseorang dengan baik. Rasa empati, kelembutan dan kasih sayang adalah fitrah seorang perempuan yang membentuknya menjadi sosok keibuan. Seorang laki-laki dengan  perannya sebagai ayah, misalnya dalam hal kewajiban mencari nafkah bagi keluarga. Sehingga ia akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang menjadi tanggung jawabnya.

Aspek keluarga

Bayangkan satu rumah tinggal jika hanya terdiri dari pasutri saja, sepi dan adem ayem. Tidak iri kah kalian dengan rumah tinggal lain yang ramai dengan tangisan, tawa dan  celoteh bocah-bocah ? Keluarga yang lengkap adalah terdiri dari orangtua dan anak-anaknya. Dalam suatu keluarga dimulainya  pola asuh yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar tempat tinggal. Dalam keluargalah pertamakalinya nilai-nilai agama dan budaya  diperkenalkan. Gambaran yang ideal dari suatu keluarga tentunya tidak akan membuat orang memutuskan untuk childfree. 

Fenomena childfree hendaknya menjadi perhatian bagi semua pihak terutama para orang tua, karena semakin bertambahnya penganut prinsip ini. Tentunya kita tidak ingin kelak keturunan kita memilih menjadi childfree akibat kelalaian dalam  menumbuhkan fitrahnya. Maka setiap orang tua hendaknya memperhatikan dan memperbaiki pola asuh yang mereka terapkan kepada anak-anaknya. Agar mereka memiliki gambaran sebuah keluarga yang ideal hingga nantinya memiliki rasa percaya diri dalam membangun keluarga yang ideal. Dari uraian ini maka suatu pilihan yang keliru jika memutuskan childfree. Suatu yang keliru tidak patut untuk dijadikan trend gaya hidup. Mulai saat ini.... Say no to childfree !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun