Mohon tunggu...
Rilo Pambudi
Rilo Pambudi Mohon Tunggu... Lainnya - Penggembala Angin

Pembual paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang Tepat Waktu

1 April 2021   15:47 Diperbarui: 2 April 2021   20:05 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nama asli Mak Utt adalah Kasmirah yang berarti cerdas. Mak Utt adalah sosok yang berbeda dari perempuan pesisir pada umumnya. Pembawaannya sangat kalem dan begitu lembut bak orang pegunungan. Ia lugu dan tak hirau dengan banyak hal kecuali yang menyangkut anak-anaknya. Anugerah dari nama 'Kasmirah' rupanya turun ke anak-anaknya. Terutama, Damar Urip Santoso anak kedua Mak Utt.

Nama 'Mak Utt', menjadi nama panggilan setelah ia melahirkan anak pertama, Utomo. Orang Jawa, biasanya memanggil nama akrab orang lain sesuai dengan nama anak pertamanya. Misal dalam keluarga ini, Pak'ne Utt = Bapaknya Utt atau Mak'ne Utt = Ibunya Utt.

Wahyu Utomo sendiri berarti Wahyu yang Utama. Karena lahir sebagai sulung, nama Wahyu Utomo diberikan agar bisa menjadi pelindung dan panutan adik-adiknya kelak.

Meski tak pernah mencurahkan isi hatrinya pada Damar, Mak Utt diam-diam kerap menangisi Utomo yang tak pernah pulang. Ia tak tahu kondisi kakak Damar lantaran jejaknya bak hilang digulung ombak.

Kata Lek Ruslan, tetangga yang mengajak Utomo pergi ke Sumatra, remaja depresi itu kabur dari kamp yang ada di tengah hutan Sumatra Barat lantaran menolak bekerja di tambang emas ilegal. Lek Ruslan mengatakan, dirinya kehilangan jejak Utomo. Kabarnya, Utomo kabur ke Batam dengan seorang rekan sesama penambang. Nasibnya? Mak Utt sepenuhnya berserah kepada Tuhan.

Sebuah kejutan, Damar lolos dan mendapatkan beasiswa. Umpan yang ia pasang rupanya bersahasil. Tak tergambarkan lagi rasa senang dan bangganya. Senyum sumringah bangga dari guru dan teman-teman menjadi bonus kelulusan. Untuk terakhir kali, nama Damar kembali terpampang di mading SMA sebagai siswa yang diterima di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Nomor Wahid di negri ini.

Beasiswa yang diterima Damar meliputi bebas biaya studi, asrama, dan uang saku yang nantinya bakal diterima setiap bulan. Tak tahu lagi, ia mesti menangis atau senang. Kali ini nasibnya benar-benar dibenturkan. Keteguhannya benar-benar diuji, takdirnya dilematis. Saat teman-teman bersoak sorai untuknya di beranda sekolah, ia lari sekencang-kencangnya menuju rumah.

Damar tak bisa merahasiakan kabar bahagia sekaligus sedih tersebut kepada ibunya. Untuk pertama kali dalam kehidupan dewasanya, Damar menangis bersimpuh di hadapan emaknya. Mak Utt pun turut terisak setelah mendengar cerita anaknya. Anak seorang janda pengupas bawang di pabrik pengalengan ikan yang miskin, diterima masuk perguruan tinggi. Jiwa Damar tergoncang hebat.

Tak kuasa, Damar lari menuju pantai. Air matanya dilarutkan dengan basuhan air laut. Duduk termenung menghadap kaki langit, ia mamantapkan hati memandangi matahari sore yang semakin redup. Sampai petang, kakak dari dua adik yang gudikan tersebut masih memandangi laut. Hari mulai malam, ia melangkah pulang dengan keputusan bulat.

"Mak, aku memutuskan tak kuliah. Tak masalah, aku akan tetap di rumah," ujar Damar dengan tegar saat sampai di rumah.

Mak Utt hanya memandangi haru lalu memeluk anaknya. Tri dan Catur yang pulang dari langgar tak mengerti apa yang sedang terjadi. Di belakang, terdengar suara orang sedang mandi. Damar melepaskan pelukan ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun