Mohon tunggu...
Rilo Pambudi
Rilo Pambudi Mohon Tunggu... Lainnya - Penggembala Angin

Pembual paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Putra Nelayan Pantura

31 Maret 2021   21:07 Diperbarui: 31 Maret 2021   21:16 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua putra nelayan pergi meninggalkan rumah.

Sama-sama bosan melihat laut hampa, nyatanya kita minggat dengan cara yang berbeda.

Berbulan-bulan ini katanya kau pergi mengarungi laut yang lebih dalam, lurus ke timur meninggalkan kampung kita.

Bagaimana rasanya menjajaki Laut Banda?

Antara empat atau lima abad lalu, orang-orang barat telah menjelajahi laut itu membawa panji suci, merampok rempah, dan menancapkan bendera kejayaannya.

Kini akhirnya kau telah 'keceh' mengitari perairan yang sama.

Tak masalah meski sebagai nelayan, dengan kapal yang hanya sedikit lebih besar dari jukung di kampung kita.

Kita sama-sama mewarisi ruh moyang kita.

Kau mewarisi mental buyut kita yang pelaut.

Aku mewarisi jiwa moyang kita yang pengecut.

Aku masih di sini, bertahun-bertahun melarikan diri ke pedalaman dan kehilangan keakraban dengan lautan.

Surakarta, 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun