Mohon tunggu...
Rillo AchmadDarmawan
Rillo AchmadDarmawan Mohon Tunggu... Atlet - .

.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Kita

17 Februari 2020   22:01 Diperbarui: 17 Februari 2020   22:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Padalarang adalah kota yang sangat saya cintai. Dimana semua kisah saya alami disini, kisah senang maupun sedih saya lewati dikota ini. Awal kedatangan saya di kota ini pada 2012 pada saat itu saya masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Pada saat itu saya bersekolah di SDN Karang Mekar Mandiri 1 Cimahi yang bertepatan di jalan Gatot Subroto. 

Saya berangkat bisanya pukul 5 lewat 30 menit karna jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ke sekolah dan juga ayah saya harus pergi bekerja. Untuk ukuran seorang anak sekolah dasar itu merupakan hal yang mengagumkan dan harus di banggakan, karna pada saat itu juga saya harus pulang sendiri daari sekolah ke rumah karna orang tua saya tidak bisa menjemput karna belum waktunya pulang jam kerja. 

Saya pulang menggunakan Damri bis yang pada saat itu terkenal mungkin hingga sekarang namun bis pada saat itu fasilitasnya masih buruk dan harganya pun masih terjangkau murah dibanding yang sekarang. Saat pertama kali harus pulang sendiri awalnya saya takut sekali apalagi dengan yang namanya penculikan,saya sangat was-was pada saat itu dan berusaha sebisa mungkin saya selalu siaga dalam perjalan. 

Pada saat itu tarif damri jauh dekat seharga 2000 rupiah saja cuma kenyamanan kita sebagai penumpang tidak bisa dijamin. Saya turun dari damri yaitu di baloper sampa seperti sekarang baloper tudak banyak perubahan bahkan tukang ojeknya pun dari dulu sampai sekarang masih sama,meskipun memang sih ada wajah-wajah baru sebagai tukang ojek disana. 

Saya naik ojek dari baloper sampai rumah dengan selamat, sesampainya dirumah saya di sambut oleh mamah saya sambal berkata"Hebat anak mamah bisa pulang sendiri." 

Aku pun membalas "iya mah takut." Sambung mamahku "nanti juga terbiasa." Saya sangat senang sekali bisa pulang sendiri dari Cimahi hingga di Padalarang dimana pada saat itu satu sekolah mungkin saya lah orang yang rumahnya terjauh.

   Sebelum terlalu jauh saya bercerita saya akan memperkenalkan diri saya dahulu. Nama saya Rillo Achmad Daarmawan biasa dipanggil Rillo saja tidak ada nama panggilan aneh-aneh. 

Saya lahir menurut ijazah di Bandung,menurut KTP di Cimahi padahal yang senenarnya saya lahir di Kabupaten Bandung Barat yaitu di Cilame, tepatnya di Perumahan Cilame Permai Jalan Trisula 3 entah nomer berapa saya lupa lagi. Sekedar informasi untuk kalian saya ini adalah orang yang bisa di katakana blasteran, iya saya ini blasteran Jawa Sunda atau biasa disebut JASUN. 

Dimana ibu saya berasal dari jawa yaitu dari Magelang yang padahal lahirnya di Jakarta dan bapa saya ya orang cimahi asli pake banget. Tidak ada hal menarik pada saya saat saya SD semua hal terjadi begitu saja kalian juga pasti merasakan apa yang di lakukan anak-anak pada saat itu,ya paling main bola,adu layangan,main kelereng dan juga ngaji. 

Alhamdulillah dulu saya termasuk orang yang sholeh karna saya sangat rajin sekali mengaji, bukan karna saya senang dengan pelajarannya atau ilmu yang saya dapat tapi penyebab utamanya adalah tempat saya mengaji atau madrasah saya itu bersebelahan dengan rumah saya. Hal itu yang menjadi tekanan untuk saya agar saya mau mengaji, tapi saya sadar dengan mengaji saya mendapatkan ilmu yang saya belum punya saya jadi dapat baca Al-Qur'an saya dapat baca tajwid saya bisa hapal bacaan sholat dan juga saya mendapat rasa yang dimana pada saat itu belum pernah sekali saya rasakan, rasa tersebut adalah rasa mengagumi ke wanita. Dimana pada saat itu saya merasakan hal yang berbeda dengan dia,entah mengapa saya jadi semangat untuk mengaji disbanding sebelumnya, sudah mungkin saya skip saja tentang hal ini karna ga penting penting amat juga.

   Setelah saya lulu sekolah dasar saya tentu saja melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu sekolah menengah pertama. Tentu saja tujuan awal saya adalah untuk masuk di sekolah yang berada di Cimahi, namun apa daya pada saat itu sudah di terapkan sisitem zonasi dimana anak yang paling dekat rumahnya dengan sekolah maka dia akan di prioritaskan disbanding yang rumahnya lebih jauh dari sekolah. Jadi untuk saat itu nilai saya yang seharusnya sudah masuk di sekolah menengah yang favorit sudah tidak berguna lagi karna rumah saya yang jaraknya sangat jauh dengan sekolah yang saya tuju membuat impian saya untuk bersekolah di Cimahi pupus sudah. Segala upaya telah dilakukan sampai membuat surat keterangan saya tinggal di rumah nenek saya dekat denkat sekolah namun tetap saja saya tidak di terima karna ini hanya surat keterangan bukan kartu keluarga. Akhirnya saya lebih memilih sekolah yang ada di Padalarang karna mungkin karna jaraknya tidak terlalu jauh dan nilai yang di jadikan ambang batas pun tidak terlalu tinggi sehingga saya lebih memilih kesana dari pada harus mencoba daftar ke sekolah yang ada di Cimahi dan tetap tidak di terima dan akhirnya saya harus bersekolah di sekolah swasta yang biayanya tentu saja lebih mahal dibanding dengan sekolah negeri. Di dalam pikiran saya tersirat sepatah kalimat "Ahh sekolah mah dimana aja yang penting mah gimana kitanya baik atau engga dalam menjalani sekolahnya." Kalimat tersebut yang membuat saya sampai sekarang tidak pernah berfikir bahwa ada sekolah yang bagus atau tidak, yang ada itu kualitas murid yang baik atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun