Mohon tunggu...
Riky Rinovsky
Riky Rinovsky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cinta Damai

Anak Negeri Ujung Utara Indonesia https://gurindam.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketua Umum PP Satria Gerindra, Heru Johansyah: Berjiwa Layaknya Seorang Kesatria

23 Mei 2013   15:43 Diperbarui: 29 Desember 2021   02:00 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13692984932075620144


Layaknya seorang satria, dan petarung sejati harus siap di segala medan laga. Seorang pemimpin pun harus menjalankan darma baktinya kepada rakyat bangsa dan negara. Berani bertindak benar dan memanusiakan manusia. Apapun yang terjadi, seorang kesatria harus tampil di barisan terdepan. Bukan untuk mengejar jabatan, tapi memastikan bahwa dirinya adalah seorang satria.

itulah ekspresi terdalam darma satria seorang Heru Johansyah (34) yang tertanam sejak remaja. 

Sore itu, ia duduk lesehan di ruang tamu kediamannya di kawasan Manggarai Jakarta Selatan, dengan antusias memaparkan aktifitasnya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria)

Sebuah sayap Partai Gerakan Indonesia Raya. “Seorang pemimpin, harus menjalankan darmanya sebagai seorang kesatria dengan cara mengabdi untuk kesejahteraan rakyat, berani mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah, serta memanusiakan manusia atas dasar kesamaan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa,” tegas pria kelahiran Jakarta, 26 April 1977 ini.

Jiwa kesatria Heru telah nampak sejak usia remaja. Di usianya yang masih belia, kelas 1 SMP ia berani memutuskan untuk keluar dari rumah dan menetap di padepokan pencak silat. 

Alasannya cuma satu, sebagai petarung sejati ia tidak mau menyusahkan orangtuanya dan mau hidup mandiri. 

Heru pun akhirnya mampu survive dan tampil sebagai ‘jawara’ pencak silat dibawah binaan Satria Muda Indonesia (SMI) –sebuah padepokan pencak silat yang didirikan Prabowo Subianto— yang disegani banyak pihak. 

Di SMI inipula ia digembleng para guru dan seniornya, seperti H Umba dan Sufmi Dasco Ahmad.  “Berkat jasa dan didikan kedua orang itulah, akhirnya saya bisa survive hingga sekarang,” ujar Heru yang kini menjabat sebagai Sekretaris PP SMI Komda DKI Jakarta.

Selain sibuk membina bibit-bibit atlet pencak silat, Heru pun dipercaya untuk melatih tentara dari kesatuan Kopassus, Marinir, Densus Anti Teror, dan masih banyak lagi. 

Sebelumnya, suami dari Nur Wulandari ini pun membantu mengembangkan salah satu perusahaan milik Sufmi Dasco Ahmad, orang yang banyak menempanya baik dalam urusan profesionalitas dunia kerja, organisasi maupun politik.

Keterlibatannya di dunia politik bukanlah datang begitu saja atau sekadar ikut-ikutan terbawa arus euphoria reformasi yang digulirkan 1998 silam.

Proses panjang dan melelahkan sebagai bagian dari elemen gerakan organisasi kepemudaan membawanya ke dunai politik praktis. Termasuk ketika membesarkan SMI yang didirikan oleh Prabowo Subianto. Puncaknya, ia pun terlibat langsung dalam proses kelahiran Partai Gerindra 2008 lalu.

“Jadi bukan sekadar ikut-ikutan, tapi memang Pak Prabowo adalah figur yang sudah lama saya kenal sebelum partai Gerindra berdiri,” tegas Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra ini.

Beberapa bulan kemudian ia mendapat mandat untuk mendirikan sebuah organisasi kepemudaan di bawah payung Gerindra. Selama tiga hari tiga malam, dengan beberapa teman yang ditunjuk ia pun menggodok konsep organisasi yang bakal dibentuknya.

Lalu terbentuklah, sayap dengan nama Satria (Satuan Relawan Indonesia Raya) pada tanggal 30 Mei 2008. Sejak saat itulah kesibukan bertambah padat, mulai dari pembentukan pengurus, penyeleksi hingga memverifikasi para kader di daerah yang akan duduk sebagai pengurus. Kerja kerasnya berbuah manis, kini Satria sudah berdiri di setiap daerah propinsi dan kabupaten/kota.

Tidak hanya itu, ia pun bersyukur secara organisasi, Satria ditopang oleh kader-kader yang berbobot, mumpuni di bidangnya dan sudah mapan dalam berorganisasi.

Dia ingat betul, ketika hendak kampanye di Stadion Gelora Bung Karno 3 tahun silam, ia diperintahkan untuk mengerahkan kader Satria ke lokasi tersebut sebanyak 12 ribu orang. Meski malam harinya dapat kabar hanya kebagian 60 bis dari 164 armada bis yang dibutuhkan. 

Pun ketika pagi menjelang pemberangkatan malah 60 bis yang dijanjikan tidak ada sama sekali. Namun berkat kesigapan dan kesiapan para kader, akhirnya semua bergerak memenuhi tribun. 

“Satria selalu siap sedia dimana pun dan kapan pun dibutuhkan,” tegasnya sambil memaparkan beberapa kerja nyata dalam bentuk aksi sosial yang pernah dilakukan oleh Satria selama ini.

Sebagai seorang kader partai dan pimpinan sayap, Heru mengaku bukanlah sosok yang ambisius akan jabatan.  

Namun karena ia mendapat tugas dari para seniornya untuk mengemban amanah menahkodai Satria, ia pun bertekad untuk membesarkan sayap tertua di partai berlambang kepala burung garuda itu.

“Ambisi saya hanya satu, menjadikan Satria lebih besar dan kuat sehingga otomatis partai Gerindra bisa menang,” tegas ayah dua anak ini.

Heru pun menekankan kepada para kader, untuk menjadi pengurus Satria memang harus kuat mental dan kuat secara material. Pasalnya, sesuai dengan namanya ‘relawan’ maka harus siap untuk berkorban. 

Selain digerakkan secara swadaya, di sayap ini pun setiap kader memiliki kesamaan hak, tidak ada perbedaan, semua sejajar sedangkan keputusan tertinggi tetap ada di rapat pleno. 

“Siapapun dia, mau anak jenderal kek, anak orang biasa, sama saja semuanya sejajar,” tandasnya yang mengaku kehidupan keluarganya berjalan apa adanya, tidak neko-neko.

Untuk itu ia mengajak seluruh kader Satria untuk terus berjuang dan tetap mengedepankan sikap kesatrianya. Di samping itu, Heru pun berpesan sebagai keluarga besar Satria harus tetap solid, kompak, saling mengisi dan tetap menjaga militansi untuk kemenangan partai. 

Pasalnya, jika memang partai ini mau mengusung sendiri Prabowo sebagai capres, maka setiap kader harus tetap menjaga dinamika organisasi yang kondusif dan berjiwa kesatria.

“Seorang satria harus berjiwa satria, bergaul secara satria. Hari ini kalah besok adu lagi. Hari ini menang, besok harus lebih baik lagi,” pungkasnya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun