Mohon tunggu...
Riky Rinovsky
Riky Rinovsky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cinta Damai

Anak Negeri Ujung Utara Indonesia https://gurindam.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kekayaan Alam Indonesia di Natuna Jadi Incaran Asing

30 Desember 2014   20:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14199186071715801042

[caption id="attachment_344032" align="aligncenter" width="429" caption="Tokoh Pemuda Natuna Laut China Selatan"][/caption]

Kekayaan alam indonesia terbesar cadangan Devisa Negara terbesar masadepan ternyata terletak di perut bumi sebelah utara laut, tepatnya di laut lepas pantai. Salah satu blok migas, yakni Blok Natuna D-Alpha, berdasarkan kajian pemerintah menyimpan sekitar 500 juta barel minyak dan gas, dengan total potensi gasnya ditaksir 222 triliun kaki kubik. Ini merupakan cadangan terbesar di asia yang tidak akan habis dieksplorasi perkirakan  selama 30 tahun ke depan.

Laut Cina Selatan adalah jalur Maritim Dunia, World Maritime RouteJepang, Korea dan Taiwan sangat berkepentingan karena Kapal super tengker yang nengangkut Migas mereka melalui Laut Cina Selatan .

zaman Sebelum kemerdekan Indonesia  Lintasan laut China Selatan juga Dipakai sebagai jalur laut penghubung Asia Eropha Sehingga Sanggat Strategis .

Bahkan Di natuna tepatnya Di Pulau Subi  Kecamatan Subi Saat perang Agresi Jepang ke Indonesia  Tahun 1943 Armada laut jepang juga Sudah membangun  Benteng Pertahanan Udara Dengan Menapal Landasan Pacu Lapangan Terbang di bangun di pulau Subi.

Oleh karenanya, sulit diterima akal sehat jika BBM langka masih minimnya Infrastruktur pendukung sarana Masrakat di Natuna Karena dengan kandungan minyak dan gas yang berlimpah itu, mestinya tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan warga Natuna, yang hanya berjumlah kurang lebih 100 ribu jiwa. Namun juga, akan mampu mencukupi lebih separoh masyarakat Indonesia.

Sementara itu, nilai ekonomi dari minyak dan gas di Natuna mencapai triliunan rupiah. Hal tersebut dapat dilihat dari kandungan yang terdata. Potensi gas yang recoverable atau yang bisa diperkirakan di Natuna sebesar 46 tcf (triliun cubic feet) setara dengan 8,383 miliar barel minyak.

Sedangkan perusahaan yang menyatakan minatnya terhadap Blok Natuna yang diperkirakan memiliki kandungan gas hingga 46,2 TCF terdapat 8 (delapan) perusahaan, antara lain; ExxonMobil (AS), Total Indonesie (Perancis), Chevron (AS), StatOil (Norwegia), Shell (Inggris-Belanda), ENI (Italia), Petronas ( Malaysia ), dan China National Petroleum Corporation (China).

Jika diasumsikan harga rata-rata minyak 75 dolar AS per barel selama periode eksploitasi, maka nilai potensi ekonomi gas Natuna 628,725 miliar dollar AS, setara dengan 6.287,25 triliun rupiah, dengan perkiraan kurs Rp 10.000 per dollar AS, dan itu lebih tinggi dibanding APBN 2010 yang hanya 1.047,7 triliun rupiah.

“Tapi anehnya Penerimaan negara dari Migas di Natuna ini sangat misterius, karena kita tidak tahu apa-apa,” ungkap Ketua DPRD Natuna Yusripandi dalam pertemuan dengan Kementrian ESDM, Humas SKK Migas, jajaran staf Satuan Kontrak kerja Migas (SKK Migas) dan konsorsium pengelolaan Migas Natuna, belum lama ini di Jakarta.

Sejumlah Anggota komisi DPRD Natuna mempertanyakan nilai nominal yang diberikan perusahaan konsorsium itu kepada negara, dan berapa jumlah uang yang dialokasikan untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi penyedotan Migas.

Pertanyaan para anggota komisi tidak dapat dijawab oleh Kepala Humas BP Migas, maupun ketiga staf Humas yang mewakili korporasi asing bidang minyak yakni Conoco Phillips, Premier Oil dan Star Energy.

“Kita ini dibodohi terus, negara selama ini hanya terima pajak dari mereka, tapi bagaimana dengan pembagian hasil Migas yang diambil dari bumi kita, sebenernya yang salah kita tak pernah tegas dalam hal perhitungan bagi hasil antara kita sebagai pemerintah dan pihak asing. Sehingga kita selalu dikorbankan dalam hal ini. Implikasinya perlambatan pada pembangunan daerah kita” tambah Ketua DPRD Natuna, Yusripandi.

Pemerintah harus mulai memikirkan untuk membangun instalasi pengolahan minyak dan gas, dari bahan mentah ke bahan jadi, dan siap pakai di Natuna.

Tidak seperti yang terjadi selama ini, yaitu minyak dan gas dari Natuna dikirim ke Singapura dengan harga rendah, lalu diolah menjadi produk BBM siap pakai, kemudian Singapura mengekspornya kembali ke Indonesia dengan harga tinggi.

“Kita sangat menyesalkan pemerintah yang memberlakukan sistem “metring” (pengukuran volume gas yang disalurkan lewat pipa bawah laut ke Singapura), yang dilakukan di Pulau Sakra, yang berada di wilayah Singapura” tambah Ketua DPRD Natuna.

Cara pengukuran semancam ini, menyebabkan kedaulatan negara seolah berada di pihak pengimpor Migas, bukan di pihak Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus punya sikap yang tegas terhadap pengelolah migas di dalam negeri, agar produksinya bisa memenuhi permintaan pasar dalam negeri, yaitu masyarakat Indonesia.

Misalnya saja, untuk produksi migas di Natuna, Provinsi Kepri, yang sebagian besar produksinya untuk ekspor ke Singapura dan Malaysia, padahal pengusaha di Natuna dan sekitarnya seperti di Batam sangat membutuhkan pasokan gas.

Jika demikian, layaknya tikus mati di lumbung padi, yang artinya Natuna penghasil migas namun masyarakat di Natuna krisis akan migas.

dimana diperkirakan di Laut Cina Selatan terdapat kandunganCarlthrateatauMethane Hydrate (MH)atauGas Methane Beku (GMB) yang terdapat didasar laut (mudline) dibawah Seabed. Cadangannya besar sekali membentang dibagian dalam laut (trough) dari Utara ke Selatan. Teknologi untuk ekstraksi Methane Hydrate ini sudah dijajaki oleh Jepang di Jepang Selatan dengan Pengeboran laut dalam menggunakan Drillship  research yang cangih “Chikyu” dan berhasil. Thus, Laut Cina Selatan lebih meanrik lagi sebagai New Emerging Natural Hydraocarbon Resources, karena itu bocah2  ASEAN,Cina dan Taiwan dolanan disana.

Secara Geologi keadaan  bawah laut yang termasuk South China Basin, suatu cekungan yang terbukti mengandung Hidrokarbon  (minyak mentah dan gas) baik itu yang Konvensional maupun yang Non Konvensional. Potensi minyak mentahnya adalah 8 milyard barrel dan gasnya 190 TCF (trilion cuft), menurut US Energy Information dan USGS.

Tak heran zaman dahulu agresi perang negara jepang juga sudah melirik natunaberbagai jenis pekerjaan ada yang mengawasi tower (kaji Cuaca), konstruksi, mengukur lapangan membujur dari arah barat ke ujung timur Pulau Subi. Dan setiap hari mereka bergotong royong mengangkut batu dan pasir untuk beton.

Alhasil, sekitar enam bulan lamanya, Bandara Subi selesai dibangun, dan tidak lama berselang, pesawat tempur mulai berdatangan dari Singapura, transit menuju Kucing (Malaysia Timur-red) lalu kemudian ke Tokyo.

Namun sayang sekali, menjelang kekalahan penjajah Jepang dari tentara Amerika Serikat, Bandar udara Subi Kepulauan Natuna itu dibombardir sebanyak tiga oleh pasukan Sekutu Amerika, hingga Bandar udara tersebut tidak layak digunakan lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun