Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertambah Usia, Dewasa, dan Idealisme

8 Juli 2019   10:54 Diperbarui: 23 Juli 2023   19:28 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah semakin bertambahnya usia setiap orang semakin menjadi lebih dewasa? Jawabannya bisa ia dan tidak. Tiap orang dalam menyikapi masalah berbeda-beda, ada yang berusaha untuk menjadi lebih baik atau ada yang memperjuangkan gerakan "menjadi diri sendiri" yang padahal terselubung didalamnya ego untuk tak mau berubah. 

Usia menuntut dewasa karena semakin besar angka usia kita berarti banyak pula pengalaman-pengalaman terlewati, kita sudah paling tidak banyak sekali berkomunikasi, melewati peristiwa, dan melihat bagaimana orang lain dalam menjalani kehidupan sehingga mempunyai banyak referensi yang dapat mempengaruhi cara kita dalam menjalani kehidupan.

Topik menjadi dewasa ini terkadang menyebalkan dikala tertentu, seperti disaat orang lain yang menuntutmu dewasa padahal kau sendiri tau apa itu dewasa dan rasanya definisi dewasa versimu kurang dihargai.

Menjadi dewasa itu tak lagi menyenangkan

"Aku tak ingin menjadi dewasa dan jadi orang yang membosankan". Entah dari mana kalimat itu datang dipikiranku, namun yang ku ingat itu pesan tersirat yang ku ambil setelah menonton film animasi "The Little Prince". 

Ada yang tahu? Aku hampir setuju sama pendapatnya, menjadi orang dewasa itu membosankan karena kita mempunyai tuntutan-tuntutan sosial dan banyak menemui diri kita yang harus merubah sikap karena suatu hal yang sebenarnya wajar-wajar saja.

Image. Awalnya aku ga terlalu peka sama kata "image". Sampai aku merasa klop sama kata "topeng". Kusadari semakin besar banyak orang memakai topeng agar diterima di sosial, seperti ingin terlihat baik, berpura-pura ramah, ada yang baik didepan sementara dibelakang ngomongin, dsb. Tapi aku ga bisa nyebut orang lain selalu memakai "topeng" padahal sadar gak sadar aku hampir selalu menggunakan "topeng" tersebut. 

Pikirku aku memang orang yang cuek, gak suka basa-basi, dan emang suka sendiri. Dari sana aku selalu memegang kata-kata "menjadi diri sendiri". Aku sebisa mungkin cukup melakukan sesuatu dan bereaksi sebagai mana diriku yang asli, namun kusadari ketika harus bertemu orang baru rasanya atas dasar rasa ingin dipandang "baik" terkadang aku berkomunikasi dengan cara yang tidak biasa seperti sebelumnya.

Anehnya, dengan cara yag tidak kusangka-sangka diriku dilingkungan yang baru serasa seperti membuat diriku berada pada kepribadian yang baru. Cara komunikasi, caraku bereaksi, gestur, mengikuti sebagaimana aku ingin dihargai berada dilingkungan sosial tertentu.

Idealisme

Di atas, aku sempat menyinggung soal transisi setelah baru lulus kuliah. Jika ada kata yang tepat untuk menjelaskan perasaanku ketika berada di momen itu, mungkin "dilema" kata yang tepat. Ya, dilema. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun