Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baca Buku dan Nonton Film Sama?

31 Mei 2018   00:18 Diperbarui: 31 Mei 2018   00:22 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti menyukai hiburan. Di era yang semakin canggih ini kini manusia sangat dimanjakan oleh hiburan-hiburan yang mengikuti perkembangan canggihnya teknologi. Hiburan biasa dilakukan untuk menenangkan suasana atau mengistirahatkan pikiran. Ada banyak cara seseorang untuk mendapatkan hiburan dari dunia ini ada yang main game, main alat musik, nonton film, baca buku, dan lain-lain.

Mari kita fokuskan pada dua kategori hiburan saja yakni membaca buku dan nonton film. Apakah buku bisa dikategorikan sebagai hiburan? Tentu iya, buku yang dimaksud ialah karya sastra, komik atau buku fiksi. Dari stereotipnya, orang yang membaca buku bisa dinilai rajin sedangkan orang yang menonton film bisa dinilai pemalas atau kurang kerjaan, hal ini dipandang dari perspektif hobi, bukan yang hanya sesekali melakukannya.

Film dimulai dari skenario tertulis yang membedakannya dengan buku ialah pengemasan medianya yakni film men-deliver lewat media video digital sedangkan buku langsung dinikmati pada media kertas. Artinya film dan buku mempunyai satu kesamaan yaitu "story telling".

Perbedaan Respon Otak Antara Buku Dan Film

Jika kalian mengamati ada satu perbedaan kontras selain media yang digunakan untuk menyampaikan cerita antara buku dan film, yaitu "kekayaan imajinasi". Meskipun jaman sekarang bisa dibilang penikmat film lebih banyak dari penikmat buku, tapi bisa dijamin bahwa penikmat buku mempunyai daya imajinasi yang lebih baik dari yang menonton film.

Soalnya film terbatas oleh visual, jadi semua kecacatan visualisasi dalam video misal karakter yang seharusnya berkesan tampan malah jelek, atau efeknya terlihat murahan, actingnya buruk, *(hal ini berlaku pada film yang sebelumnya dalam bentuk buku sehingga penikmat buku megetahui ceritanya lebih awal).

Pada intinya film harus punya tampilan yang menarik, film merupakan gabungan dari audio dan visual maka tentu audio maupun visualnya harus mantep. Sedangkan buku, hanya mengandalkan imajinasi liar. Misal pada cerita disuatu buku menjelaskan tentang efek suatu ledakan besar, maka otomatis otak kita akan langsung membayangkannya.

Jadi, kesimpulannya buku merupakan media yang membuat pembacanya berimajinasi. Berimajinasi disini diartikan membentuk suatu visualisasi dalam ingatan berkenaan cerita dalam buku tersebut, misal dibuku diceritakan "ada sesosok pria tampan tinggi berkulit putih" maka otak kita langsung membayangkan sosok orang tampan, tinggi dan putih berdasarkan referensi-referensi yang pernah kita lihat sebelumnya tergantung kita memaknai kata "tampan, tinggi, putih" ini *(hal ini akan berbeda jika pada cover buku digambarkan karakter tersebut).

Kesimpulannya buku dan film sama-sama menyuguhkan cerita, bedanya buku tak terbatas oleh visualisasi karena buku berisikan teks sehingga disaat kita membacanya lalu akan membayangkan situasi dalam cerita tersebut. Sedangkan film, sudah ditentukan visualisasinya sehingga seringkali pembaca buku dan penonton film mempunyai persepsi yang berbeda dalam memaknai cerita karena bisa terjadi situasi dimana yang dimaksudkan dalam buku bukan seperti yang terjadi pada adegan film tersebut.

Dari Segi Kepuasan 

Jika yang dilihat dari segi kepuasan, bisa dibilang film lebih memuaskan karena tentu saja audio visual akan menang jika dibandingkan dengan teks saja. Tapi dari segi pemaknaan cerita, bisa jadi penikmat buku lebih memahaminya karena buku menjabarkan cerita lebih detail dibandingkan film.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun