Mohon tunggu...
Riki Tsan
Riki Tsan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mata

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Sekadar Menunggu Mati

18 Juni 2018   09:28 Diperbarui: 19 Juni 2018   05:20 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokter Tulus, seorang dokter spesialis mata 'sepuh' yang berusia 75 tahun masih tampak segar dan bugar. Sejak masih muda, dia senang melakukan operasi katarak dalam kegiatan kegiatan bakti sosial buat masyarakat miskin dan tidak mampu.

Walaupun sudah divonis menderita penyakit jantung dan diminta untuk istirahat , namun dokter Tulus tak memperdulikannya dan tetap saja mengikuti berbagai kegiatan bakti sosial operasi katarak  (baksos katarak) dari satu daerah ke daerah yang lain.

Anaknya, seorang pengusaha besar dan sukses, tentu saja merasa khawatir melihat keadaan bapaknya. Dia takut sewaktu waktu serangan jantung akan menimpa ayahnya dan membayangkan kejadian yang tak diinginkannya.

Suatu hari, si anak -dengan setengah 'memaksa'- meminta agar bapaknya lebih memperhatikan kesehatannya dan lebih banyak beristirahat di rumah'

Si bapak menjawab, 'Kalau kau memaksaku untuk banyak istirahat, aku tidak lagi bisa mengikuti baksos katarak  !'.

Si anak menyahut. 'Ayah tak perlu lagi ikut ikut operasi......Ayah kan sudah tua dan juga dalam keadaan sakit'.

'Sebenarnya apa yang membuat ayah begitu senang dan bersemangat mengikuti baksos baksos katarak itu ?', tanya si anak.

'Aku mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa,' jawab si Ayah

'Kebahagiaan apa, Yah ?', tanya anaknya lagi.

Si Ayah berkata, 

'Saat kedua tanganku bekerja melakukan operasi, aku membayangkan orang orang yang aku operasi itu akan bisa kembali melihat terangnya dunia ciptaan Tuhan ini, dapat kembali menikmati derai tawa dari keluarga dan sanak keluarganya serta dapat kembali menjalani kehidupannya dengan lebih baik'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun