Mohon tunggu...
Riki Tsan
Riki Tsan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mata

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahagia di Balik Kepasrahan

9 April 2018   10:53 Diperbarui: 9 April 2018   11:19 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa tahun yang silam, ada seorang ibu tua , mantan aktivis organisasi dan ibu dari seorang tokoh parpol terkenal, yang sering berkunjung ke tempat praktekku. Si ibu tua ini menderita penyakit glaukoma kronis. Dia hampir kehilangan seluruh penglihatannya karena seluruh syaraf matanya rusak sehingga tentu saja mustahil untuk dapat disembuhkan. Seperti biasa, usai melakukan pemeriksaan, aku selalu mengajaknya berbincang bincang.

Suatu hari, dia berkata, 'Apa penglihatan saya masih bisa kembali normal lagi, dok ?, tanyanya dengan wajah terlihat pedih, gusar dan kecewa , seakan akan tak rela menerima keadaannya seperti itu. 'Dok, saya masih ingin sekali membaca kitab suci dengan kedua mataku ini sebelum  meninggal dunia', katanya.  Aku terdiam membisu. Dia pulang dengan wajah sedih. Rupanya, itulah kunjungannya yang terakhir karena setelah itu dia tak pernah datang lagi ke tempat praktekku.

Peristiwa itu segera kulupakan sampai aku membaca sebuah kisah di dalam sebuah buku yang berjudul 'The Spirituality of Imperfection', tiba tiba aku diingatkan kembali oleh ucapan si ibu tua itu.

Pada halaman 221-222, kedua penulis buku ini, Ernest Kurtz dan Katherine Ketcham, mengutip sebuah kisah Sahabat Nabi Muhammad saw bernama Sa'ad bin Abi Waqqash yang bertahun-tahun  tinggal di kota suci Mekkah dalam keadaan buta. Di sekelilingnya, banyak orang yang ingin dido'akannya. Setiap orang yang ia berkati dengan do'anya merasa hidupnya lebih baik dan urusannya lebih lancar.

Suatu hari, anaknya Abdullah bin Sa'ad, bertanya, "Ayah, do'a ayah untuk orang lain selalu dikabulkan oleh Allah . Mengapa ayah tidak berdo'a buat diri ayah sendiri supaya disembuhkan dari kebutaan ?"

Sa'ad menjawab, ' Anakku, kepasrahan kepada kehendak Allah lebih baik dari kesenangan diri karena bisa melihat lagi - Submission to the will of God is far better than the personal pleasure of being able to see '.

Di dalam buku yang ditulisnya ( Jalan Rahmat,hal.132 ) ,Jalaluddin Rakhmat, menuturkan, "Sa'ad menemukan kenikmatan dalam kepasrahan total kepada Allah. Ia tahu bahwa di balik semua peristiwa ada rencana Ilahi yang tidak diketahuinya. Ia yakin bahwa kehendak Ilahi pasti lebih baik dari kehendaknya."

Kisah  di atas segera menyadarkan diriku bahwa di balik penyakit yang diderita oleh para pasienku yang sebagiannya tidak bisa lagi disembuhkan  dan di dalam kekecewaan ataupun kepedihan mereka karena penyakit yang tak kunjung sembuh, sesungguhnya selalu ada makna, pelajaran dan pesan spiritual yang dapat kita reguk.

"Every Cloud Has A Silver Lining", kata peribahasa Inggris. Bahwa di setiap awan yang berwarna kelabu selalu ada garis-garis perak di atasnya. Di balik kegelapan selalu ada setitik cahaya yang bersinar terang dan di belakang semua kekurangan pasti ada dimensi ruhaniahnya. Dan hanya orang - orang yang memasrahkan dirinya kepada Tuhan yang dapat 'melihat' terangnya cahaya itu.

Sekiranya suatu saat, aku kembali bertemu dengan si ibu, aku ingin sekali dia mendengarkan kata kata berikut ini yang disampaikan oleh ustadz Jalal kepada seorang ibu yang terus menerus mengeluh karena anaknya tak juga kunjung sembuh dari penyakit autis walaupun semua upaya sudah dia lakukan.

"Ibu, apa yang tidak bisa kita ubah harus kita terima. Ada makna ruhaniah di balik dunia yang tampak tidak sempurna dan yang tidak kita inginkan ini . Ada kehendak Tuhan yang lebih indah di atas kehendak kita. Pasrahkanlah diri ibu kepada keluasan kasih sayangNya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun