Mohon tunggu...
Rikho Afriyandi
Rikho Afriyandi Mohon Tunggu... Guru - Kaum Rebahan

Menulis apa yang ingin ditulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ulasan Singkat Buku "Jangan Rendahkan Wanita"

3 Mei 2020   20:07 Diperbarui: 3 Mei 2020   20:02 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku ini adalah karya Abdul Aziz Matnur yang diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka Al-Kautsar pada tahun 2009. Ber-ISBN 978-979-592-485-2, serta memiliki xiv + 144 halaman.

Buku tersebut memiliki 6 bab di dalamnya. Bab I membahas tentang Teologi Penciptaan Wanita dalam Alquran. Bab II menjelaskan tentang Bukan Rayuan Hawa. Bab III mengungkapkan tentang Wanita Sebelum Islam. Bab IV menguraikan tentang Wanita dalam Naungan Islam. Bab V menerangkan tentang Meluruskan Syubhat (Tuduhan) Seputar Wanita. Bab VI (terakhir) memunculkan pembahasan tentang Agenda Islam Liberal Berkenaan dengan Wanita.

Saya dalam tulisan ini, mencoba mengungkapkan beberapa poin pada bab-bab tersebut, yang ingin disampaikan penulis dalam bukunya. Yah, siapa tahu diantara kalian ada yang ingin membacanya juga. Hheee

Bab pertama, bagian awal ia menceritakan tentang rentetan prosesi penciptaan laki-laki sebagai manusia yang diciptakan pertama kali. Di sini kita akan menemukan banyak dalil naqli yang diungkapkan penulis tentangnya. Berbeda dengan penciptaan wanita pertama kali, tidak ada dalil naqli yang tegas -sebagaimana penciptaan laki-laki- yang berbicara tentangnya.

Dalil naqli yang tidak dengan tegas tersebut dalam istilah ulumul quran disebut mubham (ambigu). Dalil mubhamat tersebut tentu mengundang multi-interpretasi atau beragam penafsiran, baik itu di kalangan mufassir klasik maupun kontemporer (hlm. 3-4).  Ketika kita mempertanyakan apakah Hawa (wanita) tercipta dari tulang rusuk laki-laki (Nabi Adam)? 

Atau apakah Hawa tercipta dari sebagaimana Nabi Adam diciptakan? Atau jangan-jangan tidak ada perbedaan yang mendasar dari keduanya? Atau itu bagian dari penafsiran yang terkontaminasi israiliyyat? Dalam bab ini kita akan menemukan jawabannya dengan pemaparan dari penulis yang kaya akan berbagai pendapat/penafsiran beserta alasan yang mendasarinya.

Bab kedua, membahas tentang siapakah penyebab keluarnya Nabi Adam dan Hawa keluar dari Surga. Kita mungkin pernah mendengar bahwa Nabi Adam keluar dari Surga karena “kecerobohan” Hawa. Benarkah seperti itu? Apakah Alquran berbicara seperti itu? Atau itu merupakan sebuah penafsiran? Kalau memang Hawa penyebab keluarnya Nabi Adam dari Surga, mengapa kesalahan tersebut dinisbatkan kepada Nabi Adam, sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran, surah Thaha ayat 115 berikut: 

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat” Lalu, siapa sebenarnya yang salah, apakah Adam? Atau ada hal lain yang lebih penting untuk ditelusuri daripada pembahasan keduanya? Sekali lagi kita akan menemukan jawabannya pada pembahasan ini, dan tentunya dengan beberapa pendapat para mufassir beserta alasannya yang dijelaskan penulis dengan alur yang ringan dan enak untuk dinikmati.

Bab ketiga, sebelum Islam turun, sejatinya peradaban di luar Jazirah Arab adalah peradaban yang sudah lebih maju. Mereka telah membangun masyarakat jauh lebih modern ketimbang masyarakat Arab (hlm. 53). Di sini penulis ingin melihat bagaimana sebenarnya posisi perempuan dalam peradaban di luar Jazirah Arab yang dianggap telah berperadaban. Kemudian, penulis mengungkapkan kondisi-kondisi perempuan di berbagai tempat tersebut, salah satunya adalah sebagai berikut: 

“Yunani, sebuah negara adidaya pada masanya dan merupakan negara yang berperadaban. Namun wanita tidak memiliki harga diri sama sekali dalam struktur masyarakat mereka. Wanita dianggap sebagai penyebab semua penyakit dan musibah bagi kehidupan manusia. Mereka dianggap sebagai makhluk yang tercipta dari kasta yang terendah, sehingga mereka diposisikan sebagai makhluk hina. Mereka tidak boleh ikut berada semeja dengan laki-laki untuk menyantap makanan, lebih khusus lagi jika sedang kedatangan tamu asing, maka wanita akan seperti budak” (hlm. 53-54).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun