Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

(Parenting) Meriah Tak Harus Mahal

12 Maret 2013   18:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:54 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1363111319877117928

[caption id="attachment_232437" align="aligncenter" width="320" caption="sumber photo :fahmiyufrizal.blogspot.com"][/caption]

Untuk membahagiakan anak tercinta,seorang kawan rela menjadi badut acara ulang tahun putra putrinya. Bukan hanya menjadi badut, kawan saya ini,sebutlah namanya Vescara, bahkan harus menjadi pembawa acara,sekaligus pendekor dalam acara ulang tahun yang diselenggarakan minggu sepuluh maret kemarin. Semuanya demi menghemat biaya untuk sebuah kemeriahan yang akan dihadirkan dalam acara ulang tahun itu. Meriah Tak Harus Mahal.

Sabtu sore sembilan maret kemarin pikiran Ara,begitu ia biasa dipanggil,  dijejali dengan semburat tetek bengek rencana pesta ulang tahun putra putrinya yang akan berlangsung keesokan harinya . Acara ulang tahun itu sebenarnya direncanakan hanya mengundang keluarga dekat saja. Namun istri Ara, sebutlah Frente, telanjur mengedarkan undangan untuk seluruh teman sekelas putrinya Lista (5 tahun). Undangan tadi diedarkan kepada 35 orang teman Lista karena atas desakan putrinya yang menginginkan teman sekolahnya diundang.

“ Lista kan sering diundang ulang tahun,masak teman teman Lista nggak diundang yah" kata Lista merengek ketika ayahnya memutuskan hanya mengundang keluarga dekat saja.

Sabtu sore itu setelah pulang dari kantor, Ara segera meluncur ke Yogya. Keluarga Ara terpisah di dua kota,Semarang dan Yogya. Frente dan Ara sama sama bekerja di perusahaan swasta. Ara bekerja di kota Ungaran,tinggal sendiri di rumah yang dibelinya dengan cara mengangsur tiga tahun yang lalu. Sementara itu Frente bekerja di Yogya,tinggal bersama kedua anaknya, di sebuah rumah kontrakan.Setiap Sabtu sore Ara pulang ke Yogya dan kembali ke Semarang Senin pagi.

"Waduh besok pagi acara ultahnya bakal diisi apa,istriku sudah pesan makanan belum,bagaimana lay out nya, siapa yang bakal pasang dekorasinya, sudah ada pengeras suara belum, terus kira kira budget-nya habis berapa “

Itulah pikiran pikiran yang berkecamuk di benak Ara dalam perjalanan Semarang Yogya. Sekitar jam enam seperempat malam Ara sampai di rumah kontrakannya di Yogya.

" Mah, apa apa saja yang sudah dipersiapkan?" tanya Ara pada Frente setelah sampai di rumah.

"Ya belum persiapan apa apa yah, aku hari ini kerepotan urus anak anak" jawab Frente

Dua bulan ini Keluarga Ara kelimpungan,karena ditinggal kabur pembantunya. Ketika mereka berdua bekerja,anak anak dititipkan di rumah orang tua Ara,sepuluh km dari rumah kontrakan mereka.

Walaupun Frente libur pada hari sabtu, tetapi praktis hari sabtu itu tidak punya waktu untuk persiapan acara ultah.

"Belum ada persiapan sama sekali ya,waduh, salah kedaden iki (bisa berabe nih) " jawab Ara.

Setelah selesai makan dan sholat magrib, berbekal daftar belanjaan dari istrinya, Ara segera meluncur ke mini market terdekat. Setelah daftar belanjaan lengkap terbeli, tak lama kemudian Ara bergerak menuju sebuah gerai makanan cepat saji untuk menyewa kostum badut sekaligus memesan makanan untuk acara pesta.

Ara memesan 50 paket nasi ayam seharga 5 ribu per paket di gerai chicken yang  namanya menggunakan  nama minyak zaitun dalam bahasa Inggris. Pesanan chicken akan diantar keesokan harinya minggu jam 8. Sedangkan acaranya sendiri dimulai jam 10 pagi.

Rencananya teman kantor Frente yang akan jadi badutnya.

"Badutnya Shaun The Sheep ya Yah" pinta Lista kepada ayahnya beberapa hari sebelumnya.

Setelah selesai urusan makanan, pelayan segera menyodorkan kostum badut yang beberapa menit sebelumnya sudah dipesan per telepon.

" Tasnya mana mas,tempat untuk kostum ini"tanya Ara pada pelayan gerai yang menyodorkan kostum badut.

"Loh,bapak bawa mobil kan?" tanya pelayan gerai itu.

" Tidak mas,saya tidak punya mobil,saya pakai motor,makanya saya tanya ada tas nggak biar saya mudah bawanya” tukas Ara berharap.

" Waduh pak, nggak ada tas Pak,jarang ada orang sewa kostum badut,biasanya satu paket,sekalian badutnya" jawab pelayan gerai.

" Ada kardus nggak,tebal sekali kostum ini,nggak mungkin saya bawa tanpa kardus atau tas?" Tanya Ara.

"Maaf pak,tidak ada" jawab pelayan gerai itu.

"Piye yo carane (gimana ya caranya ya)" gumam Ara mencari akal.

"Sudah lah saya pakai saja kostum badut ini" kata Ara yang sudah kehabisan ide.

Sontak pelayan dan beberapa pengunjung gerai  pun tersenyum tak mampu menahan rasa geli. Tidak ada pesta tidak ada anak kecil, namun di tengah gerai munculah badut Ara menggunakan kostum shaun the sheep.

Dengan motornya Ara segera melesat meninggalkan gerai itu.

Beberapa ratus meter setelah meluncur, badut shaun the sheep itu disoraki anak anak kecil di setiap gang yang dilewati.

" Bu ana shaun the sheep numpak montor( bu ada shaun the sheep naik motor" teriakan dua orang anak kecil kepada ibunya ketika Ara melewati sebuah kampung padat penduduk.

Begitulah, di setiap kerumunan anak kecil yang dilewatinya di malam selepas isya itu,Ara seolah memberikan hiburan gratis pada anak anak kecil yang kebetulan melihatnya.

Tiba tiba Ara menyadari bensin motornya hampir habis,terpaksa badut itu pun harus mengisi bensin.

Mengisi bensin dengan baju badut membuat Ara jadi pusat perhatian di stasiun pompa bensin. Tak kurang dari lusinan orang tertawa geli, termasuk seorang wanita berseragam petugas pompa bensin.

“ Kenapa mbak kok tertawa” tanya Ara kepada wanita petugas pompa bensin itu.

“ Maaf pak, saya geli, bapak beli bensin pakai baju badut” kata Ara.

Setelah sampai di rumah sekitar pukul sembilan malam, Ara mendapati kedua anaknya sudah tergolek di tempat tidur. Setelah istirahat sejenak, segera ia mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari menggeser-geser perabotan,bersih bersih ruangan,mengeluarkan piring dan gelas.

Sementara itu, setelah selesai menidurkan kedua anaknya, Frente sang istri sibuk menyetrika baju anak untuk keperluan pesta besoknya. Mereka berdua nampak sama sama lelah sehingga keduanya bekerja dengan kesibukan masing masing tanpa saling bicara sampai sekitar pukul dua belas malam. Frente pun beranjak tidur terlebih dahulu.

Sementara Frente tidur, Ara masih terus bekerja mempersiapkan dekorasi. Berbekal kertas manila, lem, dan gunting Ara nekad mendekor sendiri. Baru pertama kali dalam hidupnya Ara mendekor. Karena tidak begitu ahli mendekor, pekerjaan itu butuh waktu lama. Pekerjaan itu dilakukannya sendiri, termasuk meniup puluhan balon dengan mulutnya, karena tidak punya pompa pengisi angin. Kira kira pukul tiga malam, Ara membangunkan Frente.

“ Ayah baru ingat, kostum badut sudah ayah sewa, besok teman mamah yang mau jadi badut mau datang jam berapa?” tanya Ara kepada Frente yang sibuk mengusap usap matanya menahan kantuk.

“ Maaf yah, mama lupa kasih tahu, teman mamah gak bisa datang” kata Frente

“ Waduh terus sopo sing meh dadi badut (terus siapa yang mau jadi badut)?” tanya Ara.

“Mamah saja ya yang jadi badut ya” sambung Ara meminta.

Frente menjawab dengan muka berkerut,” Yang bener aja yah, masak mamah yang jadi badut”

“ Waduh, lha ini terpaksa ayah lagi yang jadi badut,ya sudahlah “ kata Ara.

Begitulah kemudian Frente tertidur lagi sementara Ara meneruskan perkerjaan mendekor sampai menjelang subuh. Baru setelah selesai sholat shubuh,Ara tidur. Dua jam memejamkan matanya Frente sudah membangunkan Ara untuk segera meminjam pengeras suara kepada tetangga sebelah.

Musik bertema lagu anak anak dibunyikan keras keras. Ketika lewat menuju rumah tetangga untuk pinjam pengeras suara, banyak yang menanyakan gerangan acara apa di rumah Ara kok musik disetel begitu keras. Barulah Ara sadar, anak anak tetangga belum ada satupun yang diundang.

“Waduh ini anak tetangga kalau diundang, budget bisa nambah drastis nih, cuma kalau nggak diundang kok ya nggak pantas” demikian pikir Ara dalam hati.

Akhirnya Ara mengundang anak tetangga yang ditemuinya di sepanjang jalan. Tidak sampai sepuluh anak kecil yang diundangnya secara lisan, namun akhirnya yang datang sekitar dua puluh orang.

Acara berjalan meriah dihadiri tiga puluh lima teman Lista dan dua puluh orang anak tetangga. Ara nampak lincah menjadi badut sekaligus pembawa acara, walaupun dirinya pengap dan kepanasan karena terbungkus kostum badut yang cukup tebal . Setelah acara selesai wajah Lista pun berbinar binar karena mendapatkan hadiah ulang tahun dari teman teman yang datang.

Begitulah kisah seorang ayah yang mencoba membahagiakan anaknya.. Menjadi badut,pembawa acara, dan sekaligus pendekor adalah sebuah pilihan untuk mengurangi pengeluaran di tengah keterbatasan anggaran rumah tangga.

“Saya puas Pak, inilah harga yang harus saya bayar, karena saya jarang bertemu anak saya. Setelah acara selesai, kelelahan seolah sirna oleh limpahan keceriaan yang terpancar dari wajah Lista “ katanya kepada saya.

Ditulis Rikho Kusworo 12 Maret 2013 jam 23.57.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun