Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Istri Menuntut Quality Time

23 Juni 2012   08:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:37 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340441437165235375

[caption id="attachment_184107" align="aligncenter" width="240" caption="sumber www.lensaindonesia.com"][/caption]

Kuantitas waktu berkumpul keluarga atau orang-orang tercinta tidak menjamin terbangunnya kualitas kedekatan hubungan. . Kalau suami istri pekerja pulang awal, namun akhirnya sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri, artinya quality time nya nol besar. Yang didapat hanya quantity time.

Suatu ketika seorang teman, sebutlah Kristo meminjam buku novel sejarah saya. Setelah beberapa minggu saya bertanya tentang isi buku tersebut. Kristo mengatakan bahwa dia belum selesai membaca novel tersebut.

Sejak menempati rumah yang dibelinya Oktober 2010, Kristo dan istrinya, Kristi hanya tinggal berdua di rumah itu. Kristo dan Kristi sama-sama karyawan swasta. Sementara anak balitanya dititipkan orangtua yang tinggal di kota lain. Setiap bulan Kristo dan Kristi pergi menengok anaknya di rumah orang tuanya.

Kembali ke buku yang dipinjamnya, menurut Kristo dirinya tidak sempat membaca buku itu karena memang tidak mempunyai banyak kesempatan. Saya pun heran, padahal kalau dilihat dari jam pulang kantornya, Kristo dalam beberapa minggu sering pulang awal.

Menurut pengakuan Kristo, dirinya baru bisa menjalankan hobi membacanya ketika istrinya sedang beraktifitas entah itu mencuci,membersihkan rumah, dan menyetrika. Artinya ketika istrinya sedang santai menonton televisi,

Kristo harus menemaninya juga menonton acara yang sama. Ketika istrinya sedang mendengarkan musik, kristo juga harus menemani mendengarkan musik.

Pada saat inilah Kristi tidak ingin Kristo membaca buku, ketika Kristi sedang menonton televisi atau mendengarkan musik. Atau kalau sedang tidak melakukan suatu aktifitas, Kristi ingin berbicara atau lebih sering mengobrol dan bercengkrama dengan suaminya

Ketika Kristo menceritakan hal tersebut, saya pun terheran-heran. Tidak sedikit pun nampak perasaan terpaksa terpancar dari wajah Kristo ketika istrinya menerapkan aturan tersebut.

Kristo bisa memahami keinginan istrinya tersebut dengan alasan berikut :

1.Ketika di rumah, Kristi tidak memiliki kesibukan yang menghibur, karena anak mereka, Jaden, tidak tinggal bersama mereka.

2.Kristi menginginkan Quality Time yang harus dinikmati bersama antara dirinya dan suaminya. Ketika mereka sudah berada di rumah, Kristi tidak ingin Quality time itu tergerus oleh aktifitas pribadi suaminya.

3.Melakukan aktifitas sendiri-sendiri di waktu senggang, akan semakin menjauhkan kedekatan hubungan pasangan suami istri. Hal ini karena mereka berdua sama-sama karyawan yang hanya memiliki waktu pada malam hari setelah pulang dari aktifitas pekerjaan.

Apakah sebenarnya Quality Time ? Menurut Wikipedia pengertian intinya adalah waktu yang dihabiskan dengan orang tercinta, seperti keluarga (anak-istri) atau teman. Disebut waktu berkualitas karena pada moment tersebut terfokus pada perhatian penuh yang tidak terbagi (full and undivided attention). Namun demikian Quality Time, juga bermakna waktu yang dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang menjadi kesenangan pribadi (favorite activity)

Dalam konteks waktu yang dihabiskan dengan keluarga (anak-istri) lah yang dituntut Kristi terhadap suaminya Kristo

Berkomunikasi

Kristi tidak menginginkan suaminya asyik dengan dunianya sendiri. Sementara dalam hubungan antara pasangan suami istri wanita senang mengobrol dengan pasangan mereka.Topik seputar obrolan tersebut tentu saja bukan hanya masalah seputar rumah tangga, anak-anak dan karir suami. Topik-topik ringan seputar hobi masing-masing, isu-isu masyarakat yang berkembang, lagu film, buku atau topik apa pun yang bisa memupuk kedekatan hati.

Memiliki waktu untuk anak & istri

Menghabiskan waktu dengan anak dan istri terkadang dilupakan para suami, terutama ketika pernikahan sudah berjalan bertahun-tahun. Kadang, quality time bersama keluarga hanya menjadi formalitas belaka. Padahal wanita ingin suami mereka benar-benar mau meluangkan waktunya untuk dihabiskan bersama dirinya dan anak-anak.

Kristi menginginkan perhatian suaminya utuh, karena hanya dirinya yang tinggal serumah. Sementara anaknya diasuh orang tua di lain kota. Kesempatan bertemu anak hanya sebulan sekali. Kristi tidak menginginkan keegoisan suaminya yang asyik dengan dunianya sendiri berakibat retaknya hubungan antar anggota keluarga. Sudah terpisah dengan anak, suami istri yang tinggal seatap pun gagal membangun kedekatan, karena suami asyik terbuai dengan kesenangannya sendiri.

Dari sikap Kristi terhadap suaminya, setidaknya itulah dua dari delapan hal yang dituntut istri seperti yang pernah ditulis dalam portal di SINI Jumat, 17 Februari 2012.

Sejujurnya saya tersindir dengan sikap Kristi terhadap suaminya. Ketika awal-awal bergabung dengan Kompasiana Oktober 2011, saya getol sekali menulis. Ada waktu luang sedikit di rumah langsung saya gunakan menulis. Terkadang istri agak mengeluh karena butuh bantuan tenaga untuk merawat anak dengan segala tetek bengeknya.

Sampai suatu ketika saya disadarkan oleh pernyataan seorang Kompasioner Mbak Tyas “Saya berkompasiana setelah dunia nyata tidak membutuhkanku” Inilah yang kemudian saya praktekkan, walaupun belum berhasil 100 persen. Ketika saya sedang “terbakar” untuk menulis topik yang bagus, saya pun terus terang minta waktu kepada istri. Setidaknya kisah Kristo dan Kristi menjadi pemantik yang akan semakin mempererat api kedekatan antar anggota keluarga yang dalam banyak hal mulai meredup. Selamat Berakhir Pekan. Rikho Kusworo 23 Juni 2012.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun