Sepi kalbu menepi sayup,
Mentari redup terbalut kabut,
Senja terkapar diterjang awan gelap.
Perlahan bola mata mencari sasaran,
Ketika rindu menyapa bersama tetes hujan yang beriringan.
Jendela adalah sudut pandang yang memungkinkan.
Entah siapa dan apa yang kurindukan,
Ingatan menjelajah kenangan yang menyakitkan harapan,
Pikiran berterbangan mencari sandaran tanpa kepastian.
Dalam kondisi rapuh dan semu,
Aku terkapar di kamar berdebu,
Frustasi tak terbendung akan belenggu kenyataan yang menyakitkan harapan.
Dukaku menjadi sempurna,
Saat gabut dan merana,
Keadaan perlahan ditelan oleh datangnya malam tanpa rembulan.
Di sudut otak yang hampir retak dan pecah,
Ada setitik cahaya dan sebongkah harapan,
Dalam kerapuhan dan tak berdaya,
Aku sadar  akan hikmah  dari Tuhan.
Tuhan!!
Di tengah gulita, di celah-celah penderitaan,
Kupanjatkan sepucuk doa,
Bila esok menyapa kembalikan semangatku
bersama fajar.
          Kupang
          Riki Goi