Mohon tunggu...
Riki Goi
Riki Goi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Titik Awal Untuk Bisa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rapuh

14 Februari 2021   16:54 Diperbarui: 14 Februari 2021   17:31 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepi kalbu menepi sayup,
Mentari redup terbalut kabut,
Senja terkapar diterjang awan gelap.

Perlahan bola mata mencari sasaran,
Ketika rindu menyapa bersama tetes hujan yang beriringan.
Jendela adalah sudut pandang yang memungkinkan.

Entah siapa dan apa yang kurindukan,
Ingatan menjelajah kenangan yang menyakitkan harapan,
Pikiran berterbangan mencari sandaran tanpa kepastian.

Dalam kondisi rapuh dan semu,
Aku terkapar di kamar berdebu,
Frustasi tak terbendung akan belenggu kenyataan yang menyakitkan harapan.

Dukaku menjadi sempurna,
Saat gabut dan merana,
Keadaan perlahan ditelan oleh datangnya malam tanpa rembulan.

Di sudut otak yang hampir retak dan pecah,
Ada setitik cahaya dan sebongkah harapan,
Dalam kerapuhan dan tak berdaya,
Aku sadar  akan hikmah  dari Tuhan.

Tuhan!!
Di tengah gulita, di celah-celah penderitaan,
Kupanjatkan sepucuk doa,
Bila esok menyapa kembalikan semangatku
bersama fajar.

                    Kupang
                    Riki Goi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun