Mohon tunggu...
Rikal Dikri
Rikal Dikri Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer dan Content Creator YouTube: Agama Akal Channel

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, meski sekarang hanya menikmati kecantikanmu dengan mata.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Kiai Ma'ruf Pembela Kaum Tertindas

17 Desember 2018   20:53 Diperbarui: 17 Desember 2018   21:01 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di berbagai belahan dunia kita selalu mendengar percikan kecil segelintir orang yang mengabdikan dirinya untuk orang lain, mereka menjadi super hero di masanya.

Tiga puluh delapan tahun yang lalu dunia kehilangan seorang Santo, pelaku kebajikan yang heroik dari pemuka agama ialah Uskup Agung San Salvador, Oscar Arnulfo Romero, meninggal ditembak oleh Rezim Militer yang otoriter di Amerika. Ia berjuang untuk demokrasi dan kebebasan, serta keberpihakannya kepada kaum tertindas (mustadl'afin).

Begitu pula jauh sebelum itu, 1392 tahun lalu, seorang cucunda Nabi, Husein bin Ali dikenal sebagai tokoh pejuang keadilan kemanusiaan, pembelaannya kepada kaum tertindas diakui semua golongan. Jika Fir'aun (orang yang mengaku sebagai Tuhan) hanya melucuti pakaian kerudung syar'i, tetapi di Karbala para wanita diperlakukan lebih dari itu. Mereka dirantai, diseret dan sambil dicemooh. Imam Husein pembelanya.

Di negeri kita Indonesia, kita mengenal Brandal Lokajaya sebelum berubah menjadi Sunan Kalijaga, ia adalah perampok yang harta rampasannya dibagikan ke fakir miskin. Paling dekat kita kenal Soekarno sebagai inspirator pemimpin-pemimpin dunia lainnya, seperti Khomeini di Iran, Faishal di Saudi, dll

Di tahun 1950-an dan 1960-an misalnya, Bung Karno dikenal bukan sekadar pemimpin politik terkemuka Indonesia, tapi juga bangsa-bangsa di kawasan Afrika dan Asia. Kepeloporan Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dimanifestasikan dengan menggelar Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.

Lebih dekatnya lagi, adalah sosok Gus Dur, orang mengenal Gus Dur sebagai "Bapak Bangsa", "Bapak Tionghoa", "Sang Zahid", "Pembela Kaum Tertindas", "Tokoh Moderat", entah apa bahasa yang disematkan, yang terpenting Gus Dur adalah sosok pembela kaum lemah.

Dulu ketika MUI menyatakan keturunan Rasulullah itu tidak ada, Gus Dur berada di garda terdepan pembela Habaib, ketika Tionghoa didiskriminasi, Gus Dur pula terdepan membela, bahkan ketika Inul Daratista dibully, Gus Dur juga membela, atas nama kemanusiaan.

Ingat Gus Dur, kita selalu ingat bahtera besarnya Nahdlatul Ulama. Gus Dur bersama koleganya, Gus Mus, Kyai Ma'ruf Amin membuka pintu pembaharu di tubuh NU, membuka gerbang dialektika yang lebih progresif bersama kawan-kawannya. 

Terutama Kiai Ma'ruf Amin, sosok pakar Fiqh terampil, yang mengedepankan kepentingan umat, terutama kaum Mustadl'afin.

Kiai Ma'ruf hanya sosok Kiai kampung, tak beda jauh dengan Ajengan Ilyas Ruhiat di pelosok kabupaten Tasikmalaya sana, tidak beda jauh dengan sosok Tuan Guru Ijay di pelosok Martapura sana, tidak beda jauh dengan sosok Ungku Saliah dari Pariaman, tidak beda jauh dengan Abu Usman Kuta Krueng, Aceh, Kiai Ma'ruf hanya sosok Kiai kampung yang mengajarkan tafsir Jalalain di tengah masyarakat Tanara dan Banten.

Melihat Kiai Ma'ruf, tak jauh seperti Ustadz-Ustadz yang mengajarkan kita Alif-Ba'-Ta'. Ia hanya sosok biasa, tapi sangat luar biasa. Keberpihakan beliau terhadap ekonomi ke-ummat-an, atau ekonomi kerakyatan sangat diakui oleh masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun