Di kamar yang sunyi dengan suara kipas angin berputar pelan, dua benda yang setia menemani malam mulai mengobrol. Jam dinding bergaya retro berdetik pelan di dinding, sementara lampu tidur kecil dengan kap berwarna putih bersinar lembut di atas meja.
Jam Dinding: "Tik...tik...tik... Gue kayaknya bosen banget, Lamp. Detik demi detik, hidup gue cuma muter doang. Kayak jomblo yang nggak move on."
Lampu Tidur: "Halah, masih mending, Jam. Gue kadang dinyalain, kadang dicuekin total. Hidup gue kayak mantan yang di-read doang, nggak dibales."
Jam Dinding: "Wkwkwk, iya sih. Tapi lo kan punya momen spesial, Lamp. Setiap malam, lo jadi pelita romantis. Gue? Cuma jadi alarm alami. 'Eh udah jam berapa nih? Kesiangan nih!' Kayak tukang marahin orang 24/7."
Lampu Tidur: "Tapi lo dibutuhin, Jam. Tanpa lo, hidup manusia kayak kapal tanpa kompas. Kalau gue... cuma dianggap penting pas mati lampu atau pas mereka lagi mellow mau tidur."
Jam Dinding: "Eh tapi Lamp, gue salut lo bisa konsisten terang kayak gitu. Gaya lo adem banget. Lo kayak sahabat sejati buat orang insomnia."
Lampu Tidur: "Aduh, Jam, jangan manis gitu dong. Ntar gue baper. Tapi gue juga ngaku, suara tik-tik-tik lo tuh kayak lagu nina bobo gratis. Kadang, gara-gara lo, manusia cepet tidur."
Jam Dinding: "Serius lo? Gue kira suara gue ngganggu. Bahkan si empunya kamar pernah ngomong, 'Jam ini berisik banget, pengen gue copot!' Sakit, Lamp. Sakit." (Jam Dinding sambil pura-pura menyeka air mata imajinasi.)
Lampu Tidur: "Hahaha, manusia tuh emang aneh. Mau tidur tenang, tapi salah-salah malah stres sendiri. Padahal ya, kitalah duo penyelamat tidur. Lo jaga waktu, gue jagain mood."
Jam Dinding: "Bener juga ya... Kita ini kayak Batman dan Robin versi kamar tidur!" (Jam membusungkan dada gagah, meski tetap berdetik pelan.)
Lampu Tidur: "Tapi gue kadang sedih, Jam. Kalau pagi, gue langsung dipencet mati, kayak cinta yang nggak direstui. Sedih, anget gue belum habis, tau-tau 'klik', gelap total."