Lilin: "Hey, Korek! Aku penasaran, kenapa sih kamu selalu nyalain aku? Kayaknya setiap kali kita ketemu, aku selalu jadi korban!"
Korek Api: "Lah, ya itu kan tugas aku! Aku ada di dunia ini untuk menyalakan api, dan kamu ada di dunia ini untuk bersinar. Itu namanya kerja sama, Lil!"
Lilin: "Tapi kok rasanya nggak adil, ya? Kamu cuma 'ceklek', keluar api sebentar, terus selesai. Sementara aku? Aku harus meleleh perlahan-lahan sampai habis! Aku berkorban lebih banyak!"
Korek Api: "Eh, jangan salah. Aku juga nggak abadi, lho. Setiap kali aku dipakai, kepalaku semakin terkikis. Lama-lama aku juga bakal habis. Jadi kita sama-sama berkorban!"
Lilin: "Iya sih, tapi tetap aja, aku yang harus bertahan lebih lama. Aku harus menyalakan ruangan, bikin suasana romantis, bahkan kadang disuruh nemenin orang belajar pas mati lampu. Nggak ada yang peduli aku perlahan-lahan mencair dan semakin pendek!"
Korek Api: "Hahaha, tapi coba pikir deh, kalau nggak ada aku, kamu nggak bakal bisa nyala. Kamu cuma bakal jadi lilin biasa yang duduk manis di laci tanpa tujuan. Aku ini pembuka jalan buat kamu bersinar, Lil!"
Lilin: "Hmm, masuk akal juga sih. Jadi, sebenarnya kita ini tim yang keren ya? Kamu yang memulai, aku yang meneruskan."
Korek Api: "Persis! Kita kayak duet maut dalam dunia penerangan. Aku kasih percikan awal, dan kamu yang bikin kehangatan bertahan lebih lama."
Lilin: "Tapi tetap aja, aku sedikit iri. Aku habis dalam keindahan, sementara kamu bisa bertahan lebih lama."
Korek Api: "Eh, jangan salah. Aku juga nggak bisa selamanya menyala. Setiap korek api pasti ada akhirnya. Yang penting bukan seberapa lama kita bertahan, tapi bagaimana kita menerangi sekitar kita selama kita masih ada."
Lilin: "Wah, kata-katamu bijak juga. Baiklah, kalau begitu, ayo kita jalani takdir kita dengan bangga."