Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Hoaks bukan sekadar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.
Di era yang serba instan saat ini, masyarakat bisa memiliki medianya sendiri. Lewat sosial media, seseorang seolah bisa memberitakan kejadian sekitarnya dengan mudah dan cepat.
Pun dengan mudah, orang lain yang melihatnya dan merasa berita tersebut.Menarik dengan mudah mempercai dan membagikan lagi berita tersebut melalui jejaring sosial pribadinya. Tanpa mengecek kembali kebenaran suatu berita tersebut, yang penting menarik langsung dipercaya. Padahal, tak jelas apakah yang dibagikan tersebut benar, dugaan, atau malah justru bermaksud fitnah.
Sebuah riset mengatakan kalau Indonesia berada di peringkat 7 dunia sebagai negara yang paling mudah percaya hoaks. Fakta ini disampaikan langsung oleh Kemkominfo
Diwartakan Liputan6, Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan dari sekitar 132 juta pengguna internet di Indonesia, 65%-nya ternyata masih mudah terhasut berita bohong.
Semuel merujuk pada data dari Centre for International Governance Innovation (CIGI) IPSOS 2017. Sebagai perbandingan, warga negara maju seperti AS ternyata juga masih banyak yang percaya hoaks, jumlahnya 53% dari seluruh pengguna internet di sana. Kalau Perancis presentasenya sekitar 43%, sedangkan Jepang lebih rendah lagi, yakni hanya 32%.
Contoh berita hoax: Penularan Virus Corona Melalui Angin, Benarkah?
Beredar kabar melalui pesan teks WhatsApp beberapa waktu lalu yang menyebutkan terdapat indikasi angin utara (angin yang bertiup dari utara menuju selatan Indonesia) yang berhembus selama tiga hari di bulan April menularkan virus Corona. Berita ini kemudian dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga kabar ini termasuk pemberitaan hoaks. Virus ini menyebar melalui cairan dalam bentuk droplet (percikan) yang dikeluarkan lewat batuk, bersin maupun ketika sedang berbicara. Maka dari itu dianjurkan untuk selalu menggunakan masker dan tetap menjaga jarak 1-2 meter dengan orang di sekitar kita guna menghindari penularan virus ini. Jadi bukan kaena angina tapi percikan itulah yang menyebabkan virus itu tertular (suara.com)
Sebenarnya Kemkominfo sudah menerapkan program sosialisasi bagaimana menggunakan internet secara aman dan sehat, tapi fakta di lapangan masih banyak masyarakat yang ‘buta’
Program Internet Sehat dan Aman (INSAN) milik Kemkominfo ini dibuat dengan tujuan menuntun penggunaan internet sehat sejak dini melalui pembelajaran etika berinternet. Program ini diselenggarakan dalam berbagai bentuk, seperti roadshow, sosialisai, atau forum diskusi. Harapannya agar masyarakat terhindar dari berbagai konten negatif yang bisa merusak masa depan bangsa. Kabarnya program ini juga sudah sampai di Entikong, wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Indonesia jelas butuh bantuan banyak pihak untuk memaksimalkan penyelenggaraan program tersebut. INSAN tidak akan maksimal jika kita sebagai masyarakat enggan mempelajari sesuatu yang baru. Hendaknya program ini juga bisa dilakukan secara berkesinambungan, agar efek yang dirasa semakin maksimal.