Mengenal Fantasi Sedarah dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
----
Karya Rika Salsabilla Raya
Pekan ini masyarakat dibuat geger akan grup Facebook yang bernama "fantasi sedarah". Media ramai memberitakan hal tersebut sampai memicu reaksi yang beragam, mulai dari kecaman hingga rasa penasaran.Â
Tema ini memang sarat kontroversi dan sensitif tetapi jika dapat ditelaah dari perspektif ilmu komunikasi, ini membuka ruang diskusi yang lebih dalam terkait peran media (khususnya khazanah era konvergensi media), pembentukan persepsi publik, dan dinamika sosial yang berkembang saat ini.
1. Media dan Konstruksi Sosial: Apa yang Dianggap Normal?
Teori konstruksi sosial dari Berger dan Luckmann menjelaskan bahwa realitas tidak lahir begitu saja, melainkan dibentuk melalui interaksi sosial dan komunikasi.
Dalam konteks ini, arus media terutama media sosial sangat berperan sebagai agen sosialisasi yang mempengaruhi persepsi tiap invidu tentang apa yang dianggap wajar atau menyimpang. Dalam hal ini, Facebook merupakan perantara yang sempurna.
Marshall McLuhan juga pernah mengatakan bahwa the medium is the message (media bukan hanya penyampai pesan, tapi juga membentuk cara dalam memahami dunia).
Ketika konten bertema fantasi sedarah muncul secara masif, algoritma memperkuat eksistensinya dan masyarakat mulai memperdebatkan batas antara ekspresi, imajinasi, dan pelanggaran etika.