Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi dari Sebuah Mesin Cuci

21 April 2023   00:02 Diperbarui: 21 April 2023   00:07 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada analogi lebih tepat di dunia ini untuk menggambarkan penyaringan dan pemurnian sifat-sifat manusia selain analogi proses kerja mesin cuci.

Beberapa waktu  lalu saya bicara tentang kulkas, pengaturan dan pembersihannya, yang menimbulkan bibit-bibit kontemplasi di dalam diri saya dan menelurkan satu buah tulisan tentang:

1. kapasitas,
2. menunda-nunda urusan, dan
3. belajar melepaskan.


Kemarin malam, setelah memperbaiki mesin cuci yang lagi-lagi ngadat, saya terduduk di depannya, memandangi mesin yang mulai bekerja semenjak semua baju kotor dimasukkan dan tombol 'Play' ditekan.

Begitu banyak pakaian yang harus dicuci.

Begitu banyak kotoran dan beban yang harus ditanggalkan.

Begitu banyak sabun dan air yang dibutuhkan.

Begitu lama waktu dan begitu besar energi yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pakaian yang bersih dan layak dikenakan.

Melihat pakaian-pakaian itu direndam dengan air sabun, diputar dan saling dibenturkan, diperas dengan kekuatan mesin, berulang kali sampai tidak ada lagi residu deterjen yang tertinggal di dalam serat kain, saya mau tak mau teringat sebuah pepatah ini:

Besi menajamkan besi.
Manusia menajamkan manusia.

Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya manusia yang meniti jalan menuju kesempurnaan menurut ideologi dan paham yang dia anut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun