Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Sebuah Obituari dengan Hati

8 Agustus 2020   01:37 Diperbarui: 9 Agustus 2020   16:28 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://sccld.org/

Tuliskanlah juga apa yang kira-kira menjadi harapan mendiang jika dia masih hidup. Tuliskanlah tentang kesukaannya, aspirasinya, mimpinya yang belum terwujud, dan rencananya jika saja dia memiliki lebih banyak waktu di bumi. Hal-hal ini dapat menjadi dorongan semangat untuk mereka yang ditinggalkan, untuk mereka yang berharap memiliki waktu lebih lama untuk bersama mendiang.

Beberapa waktu lalu, seorang tetangga di kompleks perumahan kami tiba-tiba meninggal karena Covid-19. Kabar ini sangat mengejutkan karena kami tahu beliau bekerja dari rumah, tidak pernah keluyuran, ke supermarket terdekat pun tidak. Ini adalah kasus ketiga di perumahan kami, dan beliau adalah orang termuda di antara korban-korban lainnya.

Pandemi ini terus-menerus memukul lingkaran terdekat kami. Kami mendapat kabar kerabat yang terinfeksi dan akhirnya sembuh; sebuah kabar yang menggembirakan. Ada juga kerabat dengan penyakit penyerta akhirnya menyerah dan berpulang. Sejak bulan Maret tidak ada minggu tanpa kami mendengar kabar orang yang kami kenal akrab ataupun tidak yang terinfeksi virus ini.

Mendiang yang baru berpulang adalah ayah dari guru flute saya. Dia seorang pria yang ramah yang mendirikan sekolah musik dan balet di kota kecil kami.

 Anak saya yang sulung mendapat pendidikan balet dan pianonya yang pertama pada usia 3 tahun di sekolah yang dia dirikan. Sampai tahun lalu saya juga masih belajar flute di sana. Terakhir kali kami bertemu mereka sekeluarga adalah pertengahan tahun lalu.

Anggota keluarga intinya sampai sekarang masih mengisolasi diri. Walaupun kami bertetangga, ketua RT dan RW terang-terangan melarang kunjungan ke rumah keluarga tersebut. Jalan menuju ke sana juga ditutup. Demi kebaikan bersama, dalih mereka.

Oleh karena itu kami sebagai tetangga hanya bisa mengucapkan turut berbela sungkawa melalui media sosial. Keluarga ini bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal dengan layak karena mendiang langsung dimakamkan dengan berbagai protokol. Mereka juga tidak bisa berduka dan dihibur dengan layak oleh orang-orang yang benar-benar mempedulikan dan mengasihi mereka.

Pandemi ini merampok kemanusiaan kita yang paling dasar.

Ketika membalas WA saya yang berisi ucapan turut berduka cita, istri mendiang menulis ini kepada saya:

Dearest friends and family,
Thank you for your sincere wishes, thoughtful prayers, and uplifting encouragements. It means the world to us as a family.

He was a righteous man who feared the Lord and loved Jesus Christ with his whole heart. Words of encouragement and inspiration flowed naturally from his mouth to everyone regardless of their status and background. By reading your messages it's clear that the love is mutual from all of you. Thank you from the bottom of our hearts.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun