Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamu Harus Belajar Kalah, Ma!

2 Februari 2020   16:55 Diperbarui: 2 Februari 2020   17:52 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selesai pertarungan dia menghampiri kami dengan ceria. Saya tanya, "Apa tadi ada yang sakit?" Dia jawab, "Sedikit, tapi aku ga apa-apa." Dia tidak masalah tidak lolos ke final, karena dia senang sudah mencoba.

Yang merasa masalah itu saya.

Saya membandingkan skor dia dengan skor kakaknya tahun lalu. Saya lupa kalau mereka mulai ikut liga di usia yang berbeda (dia di usia 6 tahun, kakaknya di usia 9 tahun) dan skill level yang juga berbeda (dia sabuk hijau, kakaknya sabuk hitam). Saya salah sudah mengharapkan tingkat kematangan yang sama, dan kecewa saat mereka mendapatkan hasil yang sama untuk sebuah permulaan.

Saya belum lama menjadi orang tua. Sepuluh tahunan itu kurun waktu yang sebentar untuk melihat kelemahan-kelemahan saya yang harus terus-menerus saya perbaiki demi anak-anak saya. Saya sering lupa, hidup anak-anak saya bukanlah hidup saya. Kekalahan/kesulitan/pergumulan/kekecewaaan/perjuangan mereka bukanlah kekalahan/kesulitan/pergumulan/kekecewaan/perjuangan saya.

Hidup mereka dulu, sekarang, dan nanti bukanlah hidup saya yang diputar ulang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Hidup mereka bukanlah reinkarnasi dari hidup saya. Hidup mereka adalah milik mereka sendiri, yang kebetulan dipercayakan pada saya sebagai orang tua untuk saya isi supaya mereka menjadi manusia-manusia yang decent.

Hal ini saya sadari tahun lalu waktu anak saya yang sulung akan ujian sains. Materi ujiannya banyak sekali dan saya punya kebiasaan merangkum materi itu menjadi poin-poin supaya dia bisa lebih mudah belajar. Saat kuis dia mendapat nilai rendah. Di situ saya marah, "Kenapa tidak mendapat nilai tinggi, kan Mama sudah bantu merangkum materi?" Jawabannya sederhana sekali, "Cara belajar Mama bukan cara belajar aku."

Rangkuman yang saya buat bukan rangkuman menurut cara berpikir dan pemahaman dia, jadi apa pantas saya menuntut dia mendapat nilai tinggi berdasarkan cara saya?

Sejak saat itu saya biarkan dia belajar dengan caranya sendiri, dan membantu hanya kalau dia betul-betul tidak mengerti. Ternyata hasilnya sangat bagus; dia jadi lebih bertanggung jawab dan sadar bahwa semua hasil yang dia dapat notabene karena usahanya sendiri.

Bukan hanya anak yang harus belajar kalah, saya sebagai orang tua juga. Hidup anak-anak saya akan selalu penuh dengan tantangan, dan saya hanya bisa mempersiapkan iman, karakter, dan talenta mereka untuk menghadapi hidup yang penuh kekalahan dan tidak selalu menyenangkan. Bukannya berharap semua kekalahan dan kesakitan mereka bisa pindah menjadi kekalahan dan kesakitan saya. Kalau demikian, saya tidak membesarkan anak-anak yang tangguh, tapi anak-anak yang manja.

Sebagai penutup tulisan ini, saya jadi teringat perkataan Bapak saya waktu saya tidak menjadi juara kelas semasa SD.

"The result is up to you, but is this your personal best?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun