Mohon tunggu...
Rizha Hardyansah
Rizha Hardyansah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Jika kamu tidak menulis, lalu apa yang kamu tinggalkan?

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahaya Laten Deforestasi pada Keanekaragaman Hayati Indonesia

17 Mei 2020   20:38 Diperbarui: 17 Mei 2020   20:49 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: npr.com/battling defeorestation in indonesia, one firm at time

Indonesia yang dijuluki sebagai negara Megabiodiversity dikarunia dengan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) yang berada pada peringkat kedua setelah Brazil. Hal ini tidak lepas dari peranan hutan tropis yang tersebar dari pulau-pulau yang ada di Indonesia. Laporan dari FWI pada tahun 2001 menyebutkan bahwa luas hutan tropis di Indonesia mencapai 12 juta hektar pada tahun 1950. Tetapi, hanya dalam rentang waktu 50 tahun setelah itu luas hutan tropis Indonesia menjadi 98 juta hektar dan semakin berkurang setiap tahun. Ini adalah dampak dari adanya kelonggaran aturan dan pengawasan sehingga rentan terjadi deforestasi. Tentu saja hal ini akan secara nyata berdampak pada kemerosotan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Apa yang akan anda pikirkan jika mendengar kata deforestasi?

Deforestasi menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah kegiatan konversi lahan hutan menjadi lahan bukan hutan, entah digunakan untuk perkebunan, pemukiman, industri, atau area pertanian, dan lain-lain. 

Berdaskan data pantauan dari FWI, pada tahun 1980-1996 laju deforestasi hutan Indonesia mengalami peningkatan dari 1 juta hektar menjadi 2 juta hektar. Kemudian pada tahun 2000-2009 laju deforestasinya menjadi 1,51 juta hektar. Kejadian deforestasi terbesar berada di Pulau Kalimantan dengan total kehilangan lahan sebesar 5,50 juta hektar, dan disusul oleh Pulau Sumatera.

Secara mengejutkan kejadian deforestasi juga mencakup Hutan Lindung dan Kawasan Konservasi, yang mana seharusnya kawasan tersebut adalah area yang digunakan untuk mempertahankan keanekaragaman flora dan fauna Indonesia. Kegiatan deforestasi banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun masyarakat secara illegal tanpa memenuhi kriteria hutan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi. Tentu saja mayoritas kegiatan ini tidak mengikuti prosedur pembukaan hutan atau lahan yang benar, dan biasanya mereka menggunakan metode yang cukup berbahaya namun cepat yaitu pembakaran dan penebangan hutan secara massive.

Kemudian bagaimana deforsestasi yang terjadi dapat berdampak pada ancaman keanekaragaman hayati?. Ini disebabkan karena konversi lahan hutan menjadi lahan untuk pertanian, pemukiman, dan yang lebih parah adalah menjadi hutan dengan tanaman monokultur (ex: sawit). Hewan secara otomatis akan kehilangan tempat tinggalnya, di mana mereka dihadapkan pada dua pilihan yang sulit dengan hasil akhir yang sama yaitu tetap bertahan di dalam hutan atau keluar hutan dan memulai hidup di luar habitatnya. 

Tentu saja dua pilihan tersebut akan berdampak pada kematian dan potensi kepunahan spesies. Menurut data dari IUCN sudah banyak fauna Indonesia yang terancam punah karena adanya kegiatan konversi lahan ini antara lain Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Gajah Borneo (Elephas maximus borneensis), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan masih banyak lagi.

Sumber:  Worldwildlife.com/Endangered species threatened by unsustainable palm oil production 
Sumber:  Worldwildlife.com/Endangered species threatened by unsustainable palm oil production 

Sumber:  Worldwildlife.com/Endangered species threatened by unsustainable palm oil production 
Sumber:  Worldwildlife.com/Endangered species threatened by unsustainable palm oil production 

Deforestasi ini tentu saja akan mempermudah para illegal trader mendapatkan mangsanya, yaitu hewan-hewan langka maupun eksotik untuk bisa diperjualbelikan dengan harga yang tinggi. 

Illegal trader memanfaatkan lahan hutan yang sudah terbuka untuk bisa secara bebas memburu hewan di dalamnya, keberadaan dari pelaku kegiatan ini biasanya menjadi angin segar bagi para pembuka lahan, karena mereka mengganggap bahwa keberadaan hewan di lokasi adalah sebuah hama yang dapat merusak tatanan pertanian monokultur bisnis mereka.

Tentu saja ini menjadi dilema bagi penggiat konservasi tetapi menjadi sebuah lahan bisnis untuk yang lainnya. Seberapa banyak pun langkah yang sudah dilakukan oleh aktivis konservasi dan lingkungan tetapi tanpa adanya peraturan nyata dan hukuman yang jelas terkait deforestasi untuk para pengembang perjuangan akan semakin berat. Tetapi kita harus selalu berterima kasih kepada mereka yang memperjuangkan hak-hak dari hewan-hewan tanpa kenal lelah, dan suatu saat pasti mereka mendapatkan apa yang menjadi tujuannya

 Ancaman kepunahan dari keanekaragaman hayati Indonesia bahkan dunia semakin terungkap, tetapi seakan-akan banyak pihak yang memandang sebelah mata hal ini dan cenderung menganggap remeh. 

Apakah karena manusia mendominasi bumi ini?atau karena keserakahannya yang tidak terbendung?

Hanya diri sendiri yang tahu hal itu, tetapi yang perlu diingat adalah setiap tindakah kita pada lingkungan pasti akan kembali berdampak pada manusia, karena konsep ekuilibrium ekosistem terus berjalan. Jadi, mari mulai berpikir jauh kedepan untuk menjaga lingkungan dan bertindak secara nyata untuk bisa mengurangi dampak pada lingkungan,  karena perubahan kecil pada diri manusia dapat menyelamatkan jutaan nyawa flora fauna di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun