Mohon tunggu...
Rihhadatul Aisy Salsabil
Rihhadatul Aisy Salsabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi membaca dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Jawa Untuk si Bayi

11 November 2022   09:49 Diperbarui: 11 November 2022   10:09 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai semuanyaa! Bagaimana kabarnya para pembaca artikel? Semoga semuanya diberi Kesehatan agar terus bisa membaca artikel-artikel yang saya buat. Kali ini saya akan membuat artikel tentang identitas nasional bangsa Indonesia. semoga bisa menambah wawasan untuk kalian para pembaca artikel. Happy watching!

Mengutip dari Wikipedia Identitas nasional merupakan identitas atau rasa memiliki seseorang terhadap suatu negara atau suatu bangsa. Ini adalah pengertian "suatu bangsa sebagai satu kesatuan yang utuh, yang diwakili oleh tradisi, budaya, dan bahasa yang khas." Jadi identitas nasional adalah jati diri atau ciri khas yang melekat pada suatu negara untuk membedakannya dengan negara lain. Indonesia sebagai negara yang menjungjung bhineka tunggal ika memiliki banyak identitas nasional yang sangat beragam, baik dari segi bahasa, ras, agama ataupun tradisi.

Salah satu dari banyaknya tradisi yang ada di Indonesia adalah tradisi tedak siten yang ada di pulau jawa. Jika biasanya tradisi lokal banyak dilakukan untuk orang dewasa, beda lagi dengan Tedak Siten. Budaya ini ditujukan untuk seorang bayi Jawa. Prosesinya pun memiliki banyak filosofi yang penuh dengan makna kehidupan. Kalau kamu penasaran, yuk kenali lebih lanjut tentang budaya tersebut lewat artikel ini!

 Menurut buku '70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia oleh Fitri Haryani, arti Tedak Siten adalah menginjak tanah. Tedak Siten berasal dari kata Tedhak artinya turun atau menginjak dan Siten artinya tanah. Jadi, tradisi Tedak Siten artinya tradisi yang dilakukan saat anak belajar menginjak kaki ke tanah. Tedak sinten merupakan rangkaian prosesi adat tradisional dari tanah Jawa yang diselenggarakan pada saat pertama kali seorang anak belajar menginjakkan kaki ke tanah. . Biasanya dilakukan saat anak berusia sekitar tujuh atau delapan bulan.


tujuan dilakukannya tradisi ini agar si anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, mandiri dan sukses. Tradisi ini tidak memiliki sejarah pastinya, namun telah dilakukan turu-menurun sejak zaman dahulu kala oleh para leluhur. Dilakukannya tedak siten ini sebagai bentuk penghormatan kepada bumi tempat anak belajar menginjakkan kakinya ke tanah dengan diiringi doa-doa dari orangtua.

Tradisi tedak siten ini dilakukan dengan berbagai perlengkapan dan tahapan. Beberapa perlengkapan yang ada yaitu yang pertama tetel dengan tujuh warna yang menggambarkan kehidupan yang akan dilalui si anak dengan banyak rintangan dan pilihan, harapannya si anak mampu mengatasi rintangan yang ada dan mengambil keputusan yang baik. Yang kedua adalah beragam jajanan pasar yang mempunyai makna berbagai karakter manusia yang aka nada dalam kehidupan si anak dengan harapan si anak bisa bersosialisasi dengan baik dengan berbagai karakter manusia. Yang ketiga yaitu kurungan ayam yang mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang akan dimasuki oleh si anak dengan harapan si anak memasuki kehidupan masyarakat dengan baik. Perlengkapan yang keempat adalah tangga yang terbuat dari tebu yang berarti anteping qolbu atau ketetapan hati dengan harapan si anak bisa menetapkan hatinya dalam mengejar cita-cita nya agar cepat tergapai. Yang kelima merupakan Tumpeng yang melambangkan permohonan orangtua kepada Tuhan agar si anak  menjadi insan yang berguna nantinya. Di dalam tumpeng terdapat beberapa isi, diantaranya ada Sayur kacang panjang yang menjadi harapan agar si anak berumur panjang, kecambah yang melambangkan kesuburan, dan kangkung yang mencerminkan anak yang mampu bertumbuh dan berkembang dengan baik. Lalu yang terakhir adalah umbi-umbi an yang menjadi harapan orang tua agar si anak memiliki sifat andap ashor atai tidak sombong.  

Berikutnya ada beberapa tahapan pula dalam tradisi tedak siten. Untuk mengawalinya, si anak akan dituntun untuk menginjakkan kakinya dan berjalan di atas tetel dengan 7 warna berbeda,  biasanya disusun dengan urutan warna gelap sampai terang. Setelah selesai menginjak tetel dengan 7 warna, lalu bayi akan dituntun untuk menaiki tangga yang dibuat dari batang tebu hingga mencapai posisi yang paling atas. Biasanya, tangga tersebut disusun dengan 7 tingkat yang melambangkan 7 hari yang berbeda. Setelah itu, bayi akan kembali dituntun untuk menginjakkan kakinya di tempat berisi pasir. Selanjutnya merupakan proses yang paling penting dalam tradisi ini yaitu si anak dimasukkan ke dalam kurungan besar, kemudian dalam dalam kurungan tersebut terdapat berbagai macam benda. Mulai dari mainan, alat peraga, buku, uang, dan lain-lain. Si anak akan dibiarkan memilih beberapa benda di dalam kurungan tersebut. Prosesi ini memiliki makna bahwa apa yang diambil olehnya adalah pekerjaanya di masa depan kelak. Lalu rangkaian terakhir dalam tradisi ini yaitu melepaskan ayam yang nantinya akan diperebutkan oleh para tamu undangan. Selain itu, pihak orang tua dari si anak biasanya juga akan melakukan "udik-udik" atau menebarkan uang secara cuma-Cuma. Hal itu juga mempunyai makna agar ketika si anak tumbuh besar, ia akan mengerti bahwa dirinya hidup di lingkungan sosial dimana ia harus berbagi satu sama lain.

Meski terlihat sepele tradisi ini memiliki proses yang begitu banyak makna dan harapan untuk si anak. Namun saat ini tradisi ini tidak banyak yang menyelenggarakan karna memang saat ini sudah banyak tradisi yang perlahan pudar dari dampak globalisasi dan juga karena mahalnya biaya untuk menyelenggarakan acara ini sehingga tak semua kalangan bisa melakukannya.

Sekian artikel yang saya buat semoga bisa memberi informasi untuk pembacanya. Sampai bertemu di artikel-artikel selanjutnya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun