Mohon tunggu...
Riftia MiftahulJanah
Riftia MiftahulJanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Keindahan

Kebahagian yag sesungguhnya adalah pada diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Itu Keluarga?

27 Desember 2021   15:30 Diperbarui: 27 Desember 2021   16:51 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurutmu Definisi keluarga itu apa ?

Keluarga adalah kondisi keluarga yang menikmati kebersamaan dalam suka dan duka. Saling bertoleransi, saling melindungi, saling membantu dan menyayangi satu sama lain. Selalu ingin membahagiakan anggota keluarga lainnya, itulah yang disebut keluarga Bahagia,

Tapi beda dengan anak yang Broken home definisi keluarga bukan lagi kebahagiaan tapi kehancuran, dengan keegoisan kedua orang tuanya...

Broken home merupakan istilah dimana suatu keluarga yang tidak harmonis sehingga harus mengalami perpecahan. Harus mengalami keretakan dalam rumah tangganya dan yang terkena mentalnya adalah Anaknya.

Banyak sekali Penyebab adanya Broken Home

  • Perceraian Orang tua

Perceraian Kerap sekali menjadi faktor utama dalam rumah tangga, perpisahan antara suami istri  meninggalkan luka yang begitu dalam termasuk luka kepada anak yang harus memilih antara ikut ibu atau pun ayah

  • Ketidakdewasaan orang tua

Orangtua yang memiliki egoisme dan egosentrisme kerap bertikai satu sama lain. Egoisme adalah suatu sifat buruk pada diri manusia yang selalu mementingkan dirinya sendiri, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Sifat seperti itu bisa jadi dikarenakan adanya luka batin yang dialami orangtua saat kecil dan belum terselesaikan hingga dewasa. Sosok anak kecil dalam diri mereka kerap meronta ingin diperhatikan, ada perasaan yang lama terpendam belum diselesaikan, akhirnya berimbas pada hubungan saat berumah tangga. Ketidakmampuan untuk bisa berdamai pada diri sendiri, ekspektasi yang terlalu tinggi pada pasangan akhirnya memicu keretakan pernikahan.

  • Tidak adanya tanggung jawab dalam diri orang tua

Kesibukan orangtua akan karir, hubungan sosial, atau hobi bisa mengikis rasa tanggung jawab pada keluarganya. Seorang ayah yang terlalu sibuk bekerja, lalu sepulang dari kantor ia larut dalam hobinya bermain games. Begitu juga sang ibu yang terlalu asyik dengan kesibukannya bersosialisasi dengan teman-temannya. Ditambah lagi kecanduannya menonton Drakor seakan menjadi prioritas utama dibandingkan mengurus anaknya.Sang anak hanya ditinggal bersama asisten rumah tangga hanya bisa memaklumi keadaan orangtuanya, meskipun jauh dari lubuk hatinya ia memendam kerinduan ingin mendapat perhatian. Ketika sang anak merasa ia bukan lagi menjadi prioritas, ia akan menarik diri dan ikut larut dengan kesibukannya.

Jangan pernah berpikir bahwa uang adalah segalanya, seorang anak juga butuh kumpul di rumah butuh waktu bersama ayah dan bundanya

  • Jauh dari Tuhan / Allah

Dalam suatu pernikahan, hubungan antara suami-istri itu seperti segitiga. Tuhan diibaratkan berada di sisi paling atas, suami di sisi sebelah kiri dan istri di sisi sebelah kanan. Jika mereka dengan Tuhan, maka dalam rumah tangga akan semakin dekat, beda dengan kita jauh dari Tuhan  maka hubungan keduanya akan menjauh juga.semakin jauh dari Tuhan semakin banyak godaann yang datang di dalam rumah tangga, entah itu perselingkuhan, berjudi, berbohong dan hal lain sebaginya.

  • Faktor Ekonomi

Banyak sekali mendengar percekcokan karena faktor ekonomi, seperti adanya PHK dari pekerjaanya, yang membuat ekonomi di dalam rumahnya menerun, pada dasarnya manusia memerlukan pemenuhan sandang pangan, bagaimana jika seorang suami yang tidak bisa menafkahi keluarganya ? entah di karenakan PHK atau kurangnya rasa semangat untuk mencari nafkah untuk keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun