Mohon tunggu...
Rifqy Faiza Rahman
Rifqy Faiza Rahman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Travel blogger di papanpelangi.co | Twitter: @anandarifqy | Instagram: @rifqyfaizarahman | Facebook: Rifqy Faiza Rahman | Google+: Rifqy Faiza Rahman

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cinta dan Persahabatan di Ranu Kumbolo

18 Oktober 2012   12:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:42 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah sekelumit cerita tentang beratnya bersikap ikhlas, bersikap ridho, dan bersikap sepakat akan keputusan bersama, di atas segala ambisi dan egoisme yang ada di dalam jiwa individu. Mendaki gunung adalah sebuah cita-cita saya sejak tiga bulan lalu, sebelum saya berangkat menunaikan tugas magang kerja semester 7 di Pacitan. Istilahnya, saya ingin sekali ada sesuatu yang baru dalam impian travelling saya, tidak hanya melulu pantai, tapi juga ingin mendaki gunung. Hingga, terbersit dalam pikiran saya untuk mengajak kawan-kawan seperjuangan mendaki gunung bersama dengan suatu nama yang menjadi identitas kami. Tak tanggung-tanggung, kami sepakat untuk mendaki Gunung Semeru, gunung tertinggi di tanah Jawa. Singkat cerita, sebulan sebelum pendakian saya membentuk sebuah komunitas adventure sebagai wadah pelampiasan hobi kami dan sebagai identitas kami, dan dinamakan d-projecture alias Departemen Project Adventure yang sejarahnya bisa dilihat di sini. Mengapa kami nekad langsung memilih Gunung Semeru sebagai gunung pertama kami? Mengapa tidak pemanasan dulu mendaki Gunung Panderman di Batu, atau Gunung Penanggungan di Tretes? Kami sepakat, karena kami ingin langsung belajar kepada sang "empunya" gunung, Gunung Semeru itu sendiri yang memiliki trek lengkap dan berat. Kami ingin melatih sejauh mana kemampuan kami mendaki gunung setelah melakukan persiapan fisik seadanya dan persiapan logistik secukupnya. Hingga, tibalah hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 2012, dengan tim yang beranggotakan lima orang, yaitu saya sendiri, Mas Kurniawan, Muchlis, Anggrek, dan Uqi, berangkat ke Ranu Pani dengan bersepeda motor.

Warung Maha Meru di Pasar Tumpang

Sabtu, 13 Oktober 2012 Kampus - Tumpang - Ranu Pani Kami berangkat dari kampus kami, Universitas Brawijaya, sekitar pukul 07.30 WIB. Setelah menempuh 1 jam perjalanan, kami sampai di Pasar Tumpang untuk mampir sarapan sejenak di sebuah warung bernama "Mahameru". Nasi Rawon dan Pecel yang hangat, ditemani segelas es teh cukup mengisi perut kami yang kosong. Seusai sarapan kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju kantor SPTN II Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Tumpang, untuk mengurus surat izin pendakian. Mengenai kelengkapan administrasi apa saja yang harus diserahkan saat pengurusan izin pendakian Gunung Semeru, bisa dibaca di artikel ini. Setelah menempuh perjalanan yang menanjak dan curam, ditambah beratnya carrier-carrier kami, akhirnya kami sampai di basecamp Ranu Pani sekitar pukul 13.00 WIB. Segera kami melapor ke Pak Ningot Sinambela, salah satu petugas di TNBTS yang cukup dikenal dan menunaikan sholat di musholla. Pukul 13.30 WIB, kami mulai berjalan memulai langkah pendakian pertama kami di gunung ini.

Di tengah perjalanan menuju Ranu Pani

Basecamp sebelum memulai pendakian Ranu Pani - Landengan Dowo - Pos I Perjalanan dimulai dengan menyusuri turunan jalan beraspal lalu berjalan melewati gerbang masuk pendakian, diteruskan berjalan ke arah kiri menuju bukit, jika turun ke kanan menuju lahan pertanian warga. Sekitar 45 menit berjalan kami sampai di Pos Landengan Dowo, sekitar 3 km dari Ranu Pani. Jujur, jalan menuju pos Landengan Dowo ini lumayan menanjak dan kadang naik, yang cukup menguji mental kami sebagai pendaki pemula. Setelah berisitirahat 5 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos I. Sekitar 45 menit berjalan, sampai juga kami di Pos I. Di sinilah bermula peristiwa yang cukup membuat kami was-was, karena Mas Kurniawan mengeluh dadanya agak sesak. Cukup lama kami di Pos I, menyaksikan para pendaki lain berlalu lalang meninggalkan kami. Sampai tibalah tiga orang yang ternyata kawan kami di kampus, mereka adalah Harpa, Nita, Ijo yang juga berniat muncak ke Semeru. Akhirnya kami sepakat bergabung menjadi satu tim, dan tas carrier Mas Kurniawan dibawa bergantian oleh Muchlis dan Uqi. Kami menuju Pos II.

Kakak beradik Mas Kurniawan dan Anggrek

(Istirahat di Landengan Dowo)

Istirahat di Pos I Pos II - Watu Rejeng - Pos III Beranjak dari Pos II, kami harus segera cepat menuju Watu Rejeng karena waktu sudah mulai beranjak petang. Sempat ragu ketika bertemu persimpangan, akhirnya kami sampai juga di Watu Rejeng sekitar pukul 18.30 WIB. Setelah itu, stamina kami sudah mulai melemah, ditambah udara dingin yang menusuk, acapkali kami sering berhenti ketika berjalan menuju Pos III yang mulai menanjak. Beruntung, tiga kawan kami menunggu di jembatan sebelum pos III. Harpa membawa dua carrier depan belakang, saya membawa tenda, Mas Kurniawan hanya membawa dua botol air mineral, Anggrek yang mulai pusing menyerahkan tas carriernya ke Uqi dan Muchlis secara bergantian, dan kami pun melanjutkan perjalanan kami yang melambat karena fisik sudah cukup melemah. Berulang kali kami berhenti setelah beberapa menit berjalan. Pos IV - Ranu Kumbolo Setelah sempat beristirahat sejenak mengambil nafas di Pos IV, kami segera beranjak turun menuju Ranu Kumbolo sisi utara. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30, dan saya mengatakan kepada tim bahwa kami harus segera nge-camp karena sudah lelah dan kedinginan, terlebih Mas Kurniawan harus istirahat. Akhirnya tim sepakat mendirikan tenda saat itu juga, Muchlis segera membuat makan malam dengan menu sop plus nugget, ditemani teh hangat. Kelelahan membuat kami begitu pulas tidur di dalam tenda berbalut sleeping bag dan jaket. Minggu, 14 Oktober 2012 Kami bangun kesiangan, tak sempat melihat sunrise karena saking lelahnya kami. Segera kami membuat sarapan dan setelahnya harus membuat kesepakatan, mau melanjutkan ke Kalimati atau tetap stay di Ranu Kumbolo (pindah ke tempat camp dekat shelter). Ketika hari beranjak siang dan panas, saya masih melihat kondisi Mas Kurniawan yang masih kurang fit, dan kondisi Harpa yang masih ngilu di bahunya karena semalaman membawa dua carrier besar. Jika dari saya, Muchlis, dan Ijo pribadi, kami masih ada keingiinan untuk pergi menuju Kalimati, namun sisanya berat melanjutkan, terutama Nita karena sebelumnya sudah pernah ke Kalimati dan mengerti kondisi medan ke Kalimati dan akses mata air ke Sumbermani.Akhirnya, dengan mempertimbangkan kebersamaan tim dan kondisi fisik-logistik, kami memutuskan tetap stay di Ranu Kumbolo, namun berpindah camp di sisi barat. Pukul 13.00 kami sampai di sana. Sungguh, hati ini sebenarnya berat ketika dari rencana awal adalah menggapai puncak Mahameru, namun siapa sangka harus dipendam dulu karena situasi yang tidak terduga setelah kondisi perjalanan semalam. Inilah yang sulit, harus mengikhlaskan tertundanya mimpi awal meraih puncak, dan harus dilakukan demi kebersamaan dan keutuhan dalam tim. Semoga, kami mampu merengkuh Mahameru suatu saat nanti.
Tetap Ceria

Bersama tim D-Projecture

Nita, Harpa, dan Ijo

Foto bersama sebelum pindah camp ke sisi barat Ranu Kumbo

Ranu Kumbolo, 2400 mdpl

Tanjakan Cinta

Jump! Senin, 15 Oktober 2012 Ini adalah hari pertama kalinya saya dan kawan-kawan melihat sunrise yang begitu indah, pagi yang sejuk, walau matahari tak muncul tepat di tengah-tengah dua bukit. Sungguh membuat saya begitu mensyukuri dan mengagumi kebesaran Allah SWT, sangat membayar lunas kegalauan kami yang tertunda menggapai puncak Mahameru. Selain itu pula, hari ini, di Ranu Kumbolo, ada banyak peristiwa spesial yang terjadi. Hari ini adalah ulang tahun seseorang yang saya sukai di kampus, karenanya saya sudah mempersiapkan skenario merayakan ultahnya. Anda bisa lihat kegiatan yang saya lakukan di foto-foto ini. Sementara hal serupa dilakukan oleh Muchlis, Anggrek, Uqi, Harpa, Ijo, dan Nita, teruntuk orang-orang tercinta mereka. Peristiwa lain adalah ide spontan Harpa yang mengajak kami untuk melakukan aksi bersih-bersih Ranu Kumbolo yang saat itu memang cukup terlihat kotor karena sampah-sampah pendaki yang tidak dibawa turun. Kami memang tidak sanggup membersihkan seluruh Ranu Kumbolo, namun setidaknya apa yang kami lakukan sedikit membuat Ranu Kumbolo terlihat "cerah" dan bersih, semoga pendaki-pendaki lain, termasuk kami sendiri, mampu menjaga kebersihan alam gunung.
Sunrise Ranu Kumbolo

Di ujung Tanjakan Cinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun