Mohon tunggu...
Healthy

Kenaikan Harga Rokok Sebuah Ajang Masturbatif Anti Rokok

20 Agustus 2016   20:21 Diperbarui: 20 Agustus 2016   20:30 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah berita tentang dwi kewarganegaraan beberapa waktu lalu,kita semua dicengangkan dengan kemunculan wacana kenaikan harga rokok senilai 50,000. Bayangkan kenaikan harga rokok ini sungguh bombastis.Tidak tanggung -  tanggung harga rokok yang 50,000 ini klo dikonversi dalam bentuk lain tentu bisa untuk membeli 3 buah nasi padang lengkap dengan rendang atau mungkin 3botol bir bintang paketan yang ada di café ataupun bisa untuk membeli sebuah novel di toko buku.Tentu saja  50,000 merupakan harga yang tidak murah untuk kalangan mahasiswa ataupun rakyat jelata.Lebih – lebih untuk kalangan yang merokok satu bungkus per hari bahkan lebih.Tapi mari kita tarik kebelakang ,kekanan dan kekiri dengan logika dan data yang ada

Dari tinjuan ekonomi,mungkin sangatlah basi ataupun sudah bosan klo saya membahas tentang pabrik rokok atau petani tembakau yang dirugikan untuk masalah kenaikan harga rokok ini.Saya kebetulan pernah menjadi marketing sebuah perusahaan rokok dari jawa timur,kebetulan juga kota kelahiran saya adalah tempat lahirnya rokok kretek di akhir abad 19 yang lalu.Dari segi ekonomi kerakyatan seperti jargon saat kampanye ,rokok memegang peran penting dalam perdagangan dari segi penjualan retail .Menurut korespondesi sayang saya lakukann ke pedangang retail di pasar ,rokok memegang peran 50% dari total asset. 

Sangat masuk akal karena satu karton rokok seharga 9jt rupiah,dalam satu karton berisi 50 slof,per slof berisi 10bungkus dengan asumsi satu bungkus rokok 18ribu. Satu toko grosir biasanya membeli beberapa karton ,itu baru satu brand rokok, padahal dalam satu perusahaan rokok ada beberapa brand. Dan itu baru satu Pabrikan, padahal ada 5 pabrikan besar yang wajib ada disetiap etalase rokok.

Jika rokok ini jadi naik 50,000 bayangkan berapa belanja modal yang akan dikeluarkan toko grosir untuk membeli satu karton rokok adalah  250jt,harga yang sangat tidak terjangkau untuk sebuah toko grosir besar sekalipun dan tentu pabrik rokok memilih untuk menutup usahanya karena harga yang kecepatan kenaikannya lebih dari pesawat Apollo yang membawa Neil amstrong ke bulan.Belum lagi toko kelontongan kecil yang ada di sekitar rumah kita.Dari segi pasar retail menurut saya tidak mungkin bisa dijalankan

Kemudian dari segi politik,saya tidak akan membahas politik dari segi yang terlalu jauh karena pasti pembaca akan menoyor kepala penulis dan berkata “sok tau lu tong”.Mari kita Bahas dari yang sama – sama bisa kita amati. Presiden Jokowi telah 2 kali membuat keputusan yang membuat polemic di masyarakat tentang kewarganegaraan.

Kalo rokok ini benar dijalankan tentu akan menjadi target yang sangat empuk bagi lawan politik untuk menyerang.Apalagi beberapa waktu ini kita dihadapkan dengan berita tentang masuknya tenaga kerja asing tentu isu ini akan sangat “laku” dikalangan grassrootyang kebetulan basis terkuat dari partai pengusung presiden kita .Tapi biarlah isu rokok 50,000 jadi ajang masturbasi para aktivis ataupun orang yang anti rokok.Disini penulis bukan memihak pada sisi perusahaan rokok karena bukan perokok dan kebetulan juga sudah resign dari perusahaan rokok tersbut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun