Mohon tunggu...
Rifqi Daffa
Rifqi Daffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wonosobo bukanlah Tokyo, namun mampu membuatmu "Melongo"

17 Januari 2022   01:48 Diperbarui: 17 Januari 2022   01:59 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hawa dingin, jalan berkelok dilengkapi nuansa pohon tinggi layaknya hutan adalah sambutan perdana ketika berkunjung ke kota Wonosobo. Kota yang asing dari istilah kemacetan, mampu melahirkan rind yang tidak kalah dari kota lain. Menjadi salah satu anggota karesidenan kedu yang terbentuk ketika masa penjajahan belanda membuat ciri khas kendaraan bermotor keluaran kota Wonosobo memiliki kode depan AA dan kode belakang F, P dan Z. Namun kota Wonosobo punya lebih dari itu.

Sambutan kedua memasuki kota Wonosobo dari arah timur adalah wujud tugu Carica Purwaceng. Keputusan tepat terciptanya Tugu Carica Purwaceng karena buah carica dan tanaman herbal Purwaceng merupakan bahan konsumsi asli dari kota Wonosobo bahkan cocok untuk dijadikan sebagai buah tangan setelah berkunjung pada kota ini demi sejenak melepas penat yang tak berujung.

Berbicara tentang melepas penat atau saat ini dapat disebut dengan kata Healing. Apabila diartikan secara singkat adalah ketika kita memberikan waktu kepada tubuh untuk beristirahat dengan melakukan tidur teratur atau dengan melakukan kegiatan positif seperti berjalan -- jalan, liburan, bahkan dengan kegiatan sederhana seperti mendengarkan musik. Healing dengan kegiatan liburan beserta berjalan -- jalan kerap dilakukan oleh para pelancong maupun wisatawan dengan mengunjungi daerah -- daerah dengan potensi wisata yang menjanjikan.

Pada kota Wonosobo potensi wisata yang disajikan begitu banyak dan beragam. Pada kota Wonosobo bagian timur, disajikan wisata berupa perkebunan the yang membentang luas dan terhubung hingga kabupaten Temanggung. Begitu pula penyajian jalur pendakian menuju Gunung Kembang dengan ketinggian 2340 MDPL. Pada wilayah kota Wonosobo barat disajikan curug atau air terjun alami dengan kondisi air yang begitu bening layaknya lembaran kaca. Wilayah Wonosobo selatan disajikan wisata alam berupa waduk yakni waduk Wadaslintang dan Wisata Lubang Sewu. Waduk tersebut merupakan tempat para pencari nafkah mengumpulkan rupiah dengan cara memancing atau menjaring ikan dengan metode tradisional untuk kemudian dijual atau diserahkan pada area pasar. Sedangkan pada wilayah utara yang merupakan wilayah dengan wisata yang beragam dan beberapa wisatanya hampir sebagian besar pengguna sosial media dan pecinta petualang tentunya tertambat pada keindahan karya Tuhan seperti Gunung Prau, Telaga Menjer, dan tentunya dataran tinggi Dieng yang konon katanya tempat para dewa turun dan mensucikan diri. Dataran tinggi Dieng mampu memanjakan mata para penggemarnya. Keelokan alam mampu melahirkan implementasi yang memanifestasikan waktu untuk sejenak lupa akan beban yang selama ini terpikul berat.

Dataran tinggi Dieng tidak pernah bosan untuk menghujam para wisatawan dengan penampilan Surya pada fajar dalam ufuk timur disekitar wilayah Bukit Sikunir, begitu juga tidak lupa dengan penantian senja pada bahu bukit Skuter. Pada momen tersebut, membicarakan keindahan alam sembari menunggu waktu gelap datang bersama kunang -- kunang adalah metode terbaik untuk sekedar memecah keheningan obrolan.

Begitulan kota Wonosobo, jika disastrakan mungkin perlu menyiapkan banyak pena karena terhanyut dalam penggambaran suasana. Isyarat alam yang masih menjaga garis takdirnya mampu membumbui pikiran untuk menetap atau pulang menuju tanah kelahiran.

Berat rasanya meninggalkan kota yang tetap erat dengan suasana masa belia menuju kota yang terbilang asing pada kami yang dipaksa bersaing untuk tetap mengadu nasib. Sesekali sempatkan pulang, atau sekedar singgah untuk berbenah dari hati yang patah.

Semoga kota Wonosobo bertahan dengan ciri khasnya sendiri tetap menjaga warisan semesta seperti yang tertulis dalam tugu masuk kota Wonosobo yakni Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji dengan tulisan aksara jawa dan mampu melahirkan keunikan tersendiri untuk berani beda dengan kota lain.

 

Rifqi Daffa Rizqi -- Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan ( Ilmu Komunikasi )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun