Artinya: ilmu pengetahuan itu ada didalam dada, tidak dalam tulisan. Dari maqalah tersebut telah dijelaskan bahwasannya ilmu itu terdapat di dalam dada (hati) maka ilmu itu harus dihafal santri dengan lancar dan masuk ke dalam pikiran lalu ke hati, maka hafalan tersebut akan membekas dan akan dipahami dengan sendirinya. Apabila sudah hafal maka guru harus sering-sering menyuruh muridya untuk mengulangi kembali agar dikemudian hari tidaklupa. Hal ini juga diterangkan di dalam kitab karangannya Syekh Zarnuji yang berbunyi:
و اذا ما حفظت شيأ أعده # ثمّ أكده غاية التأكيد
Artinya: yang telah kau hafal ulangi lagi berkali-kali lalu tambatkan dengan temali kuat sekali.
Dengan demikian, titik tekan pada metode ini adalah santri atau murid mampu mengucapkan atau melafalkan kalimat-kalimat tertentu secara lancer dengan tanpa melihat atau membaca teks.
Pengucapan atau pelafalan dapat dilakukan secara perorangan menghadap (bertatap muka langsung) kepada gurunya atau ustadznya, ataupun dilakukan secara kelompok dengan diucapkan bersama-sama pada waktu tertentu, baik secara khusus ataupun tidak. Seorang santri atau murid yang sudah menghafal suatu teks tertentu dengan baik oleh gurunya ia dipersilahkan untuk menghafalkan teks yang lainnya atau lanjutannya, demikian seterusnya sampai target hafalan yang telah ditentukan berhasil dicapai atau dilampui.
Metode hafalan ini dapat juga digunakan dengan metode sorogan dan bandongan, yaitu setelah para santri mendapat materi pelajaran tertentu dari sebuah kitab, santri tersebut disuruh menghafal teks yang telah dipelajari tadi untuk disetorkan (atau diucapkan secara hafal) pada pertemuan berikutnya.
Adapun yang perlu dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode ini adalah sebagia berikut:
1). Pada setiap kali tatap muka di mana seorang santri menyetorkan hafalannya kepada guru atau ustadz, jika ia hafal dengan baik maka ia diperbolehkan untuk melanjutkan pelajarannya. Sebaliknya, jika ia belum berhasil menghafalkan dengan baik, ia diharuskan mengulang lagi sampai lancar untukdisetorkan kembali pada pertemuan yang akan datang.
2). Pada waktu telah diselesaikannya seluruh hafalan yang ditugaskan kepadanya, seorang ustadz atau guru menyuruh seorang santri untuk mengucapkan pada bagian-bagian tertentu yang diminatinya atau disuruh melanjutkan kalimat yang diucapkan oleh gurunya tersebut.
4. Metode Musyawarah
Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dengan yang ada di dalam kitab kuning baik itu nahwu shorof atau yang lainnya. Dalam hal ini guru atau ustadz bertindak sebagai moderator dengan tujuan agar santri atau murid aktif dalam belajar melalui metode ini akan tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan logis.
Di dalam musyawarah santri atau murid dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan ataupun pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik beratkan pada kemampuan perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab. Musyawarah dilakukan juga untuk membahas materi-materi tertentu dari sebuah kitab yang dianggap rumit untuk memahaminya dan di kitab ta'lim juga diterangkan yakni:
و قال : سمعت حكيما من حكماء سمرقند قال، إنّ والله حدا من طلبة العلم، شاورني فى طلب العلم و كان عزم الذّهاب إلى بخار ى لطلب العلم، وهكذا ينبغي أن يشاور فى كلّ أمر فإنّ اللّه تعالى أمر رسول اللّه صلّى اللّه عليه و سلّم بالمشاورة فى الأمور، و لم يكن أحد افطن منه، و مع ذلك أمر بالمشاورة. و كن يشاور أصحابه حتّى حواءج البيت
Artinya: Abu Hanifah berkata: Saya mendengar salah seorang ahli hikmah Samarkand berkata: ada salah seorang pelajar yang mengajakku bermusyawarah mengenai masalah-masalah menuntut ilmu, sedang ia sendiri bermaksud ke Bukhara untuk belajar di sana. Demikianlah, maka seyogyanya pelajar suka bermusyawarah dalam segala hal yang ia hadapi. Justru demikian, karena Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW. Agar memusyawarahkan segala halnya. Toh tiada orang lain yang lebih pintar dari beliau, dan ternyata masih diperintahkan bermusyawarah. Beliaupun mengajak para sahabat untuk bermusyawarah, hingga urusan-urusan rumah tangga beliau sendiri.