Kegiatan pertanian tidak lepas dari pupuk memupuk tanaman dari para petani. Salah satu kegiatan memupuk ini biasanya di lakukan dengan cara manual salah satunya membungkukan badan dan menabur bubur pada tiap-tiap tanaman.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan secara rutin oleh para petani. Mungkin efeknya tidak terasa jika kegiatan ini dilakukan pada sepetak lahan sawah. Namun bagaimana jika lahannya seluas 1 Hektar? Selian itu, setidaknya diperlukan waktu 3 hari dan 5 orang pekerja untuk menyelesaikan pemupukan. Padahal saat ini buruh tani sangat jarang, kalaupun ada, biayanya sangat besar.
Melihat kondisi ini lima mahasiswa dari kelompok 43 Gelombang 3 PMM UMM berinisiatif membantu para petani dalam hal pemupukan dengan membuat alat inovasi sederhana untuk para petani Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
"Alat ini kami buat untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh kegiatan memupuk para petani dengan cara manual. Dasar dari pembuatan alat ini kami ambil dari salah satu mata kuliah kami yaitu ergonomi yang membahas suatu teknik yang bisa dilakukan untuk mengurangi berbagai bentuk kelelahan dan sakit yang diakibatkan oleh kebiasaan kerja yang cenderung statis." Tutur Muhammad Rifky Devalian koordinator kegiatan PMM
Alat ini berbahan dasar Pipa 2 Inch, Pipa 1 Inch, Pipa Inch, Dop, Socket V, Karet Ban, Kayu dan sekrup. Untuk penyimpanan pupuk sendiri ada pada bagian pipa 2 Inch yang berisi kurang dari 1 kg. untuk pengisian pupuk tidak dibuat banyak mengingat beratnya alat jika di isi penuh. Cara penggunaannya dengan menekan bagian bawah alat maka pupuk akan keluar secara otomatis.
Agar dapat digunakan oleh petani kelompok 43 Gelombang 3 PMM UMM membuat 8 alat yang dibagikan secara gratis kepada kelompok tani di Desa Petungsewu Kecamatan Dau Kabupaten Malang pada hari Selasa (26/4/2021). Diharapkan kedepanya semoga alat ini dapat membantu para petani dan petani dapat mengembangkannya.
"Dengan adanya alat ini kami merasa terbantu, biasanya memupuk dengan posisi membungkuk dimana mengakibatkan sakit pada pinggang dan punggung sekarang tidak perlu membungkuk lagi. Harapannya adik-adik bisa membantu dan mengaplikasikan hasil teori di meja perkuliahan ke masyarakat seperti ini. Kami juga masih sangat terbuka menerima inovasi alat yang modern untuk kegiatan pertanian." Tutur pak Sumardi selaku ketua Kelompok Tani 1
