Mohon tunggu...
Rifki Hisyam Majid
Rifki Hisyam Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Belajar di Jogja

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengalaman Menjadi Content Creator dan Mengelola Sebuah Konten

24 Juni 2021   00:04 Diperbarui: 25 Juni 2021   22:33 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di masa pandemi global saat ini semua orang dari kalangan bawah sampai kalangan atas pun dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang serba canggih terlebih bagi seorang pengusaha harus menciptakan sesuatu yang kreatif, sesuatu yang baru, hal yang menarik agar usahanya tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya. Pandemi global COVID-19 tidak disangka - sangka menjadi sesuatu yang berpengaruh besar terhadap ekonomi negara - negara  di dunia. Berkaitan dengan kemajuan teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat tidak akan lepas dari namanya situs jejaring media sosial, seperti Instagram, YouTube, WhatsApp, Twitter, Facebook dan apilikasi TikTok. 

Bagaimana tidak berkaitan, di Indonesia saja semua apilikasi  jejaring media sosial tersebut sudah memiliki pengguna masing - masing lebih dari seratus juta pengguna yang aktif. Kemajuan tersebut diiringi dengan kecanggihan teknologi - teknologi yang sangat maju. Dilain sisi, pengguna jejaring apilikasi media sosial tersebut aktif membuat konten yang dapat dipoduksi dari mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja semua orang dapat menjadi pembuat konten atau biasa disebut dengan content creator. Ditambah dengan dukungan sarana dan prasarana dalam hal produksi konten sudah sangat bisa dikatakan mudah untuk didapatkan. Mulai dari harga yang sangat murah sampai dengan paling mahal dengan diimbangi kualitas dan hasil yang mumpuni. 

Suatu konten tidak hanya berupa video, tetapi dapat berupa gambar ataupun tulisan yangg akan ditampilkan di hadapan publik. Sehingga seorang content creator harus memikirkan juga bagaimana suatu konten dapat dinikmati oleh semua orang dan juga suatu konten yang dibuat agar memiliki banyak peminat haruslah dibuat semenarik mungkin sesuai dengan perkembangan zaman atau dapat dikatakan berkaitan dengan topik yang sedang populer saat ini. 

Saya Rifki Hisyam Majid sebagai penulis yang sedang belajar di Universitas Ahmad Dahlan dengan jurusan yang saya tempuh yaitu jurusan Ilmu Komunikasi dan saat ini sedang mengenya semester  4 (empat). Sebagai mahasiswa pastinya saya telah dan pernah menempuh pendidikan dibawahnya seperti pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), kemudian Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Berkaitan dengan yang sedang saya bahas kali ini adalah pengalaman saya sebagai seorang content creator yang sudah saya alami sejak mengenyam bangku sekolah dahulu. Mungkin dahulu masih asing dengan sebutan seorang content creator. Seiring waktu seseorang siapapun itu yang membuat suatu karya dalam visual gambar, tulisan ataupun video dapat disebut sebagai content creator atau pembuat konten. Kali ini saya kana menceritakan sekaligus berbagi pengalaman saya selama menempuh bangku pendidikan sekolah dan juga menceritakan bagaimana saya saat itu sudah bisa dikatakan sebagai seorang content creator atau seorang pembuat konten. Mulai dari apilikasi media sosial Facebook, kemudian media sosial Instagram, kemudian ada WhatsApp hingga juga mengenal YouTube.

Dimulai dari saya mengenal apilikasi jejaring media sosial Facebook saat masih mengenyam bangku sekolah. Saat itu saya masih di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan saat itu juga belum banyak yang mengenal apilikasi media sosial Facebook tersebut. Facebook hanya digunakan untuk membuat postingan atau berbagi cerita, perantara dalam komunikasi seperti saat waktu semua orang dirumah, tanpa batasan waktu dan jarak kapanpun dari manapun dapat berkomunikasi lewat apilikasi jejaring media sosial Facebook tersebut. Saat itu hanya iseng - iseng menggunakannya untuk  berkomunikasi dengan teman - teman satu Sekolah Menengah Pertama saya. 

Saat itu seiring saya mengenal apilikasi jejaring media sosial Faccebook lantas juga mengenal dan membuat suatu postingan yang kemudian dapat dinikmati khalayak ramai. Contohnya saya saat itu suka sekali dalam hal membuat graffiti yang dikerjakan secara online dan juga saya bagikan ke teman - teman akun Facebook saya. Sehingga saya mendapat cukup banyak komentar dan juga saran mengenai kekurangan dan kelebihan hasil grafiti saya. Selain itu, kaadang saya menggunakan apilikasi jejaring media sosial Facebook tersebut untuk membagikan suatu informasi yang dirasa penting untuk dibagikan ke khalayak publik.

Lain halnya dengan apilikasi media sosial Facebook, waktu awal saya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas timbul keinginan untuk mencoba apilikasi jejaring media sosial Instagram. Keinginan tersebut didasari kesukaan saya waktu melihat foto - foto, video keren di Instagram yang banyak sekali diunggah oleh orang - orang. 

Sejak saat itu  pun saya mengetahui bahwa merekalah yang disebut sebagai content creator yang memiliki postingan atau karya menarik untuk dapat orang - orang lihat dan menikmatinya. Selain itu, saya juga aktif mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang juga memiliki akun Instagram dan memanfaatkannya sebagai sarana membagikan konten yang dibuat oleh anggota OSIS kepada forum Instagra tersebut. Sehingga dalam setiap beberapa waktu, konten yang dibuat tersebut harus di evaluasi agar selalu mendapatkan kemajuan dan juga kreatifitas yang selalu dikedepankan oleh guru - guru saya waktu itu. 

Bersamaan dengan Instagram, saya juga mengenal apilikasi jejaring media sosial WhatsApp yang digunakan sebagai sarana komunikasi berbasis jaringan internet. Terlebih saat menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas, saya intensif sekali dalam menggunakan WhatsApp sehingga dapat dikatakan setiap hari saya selalu menggunakan media sosial WhatsApp karena kemudahannya untuk berkomunikasi lewat chat pribadi ataupun berdiskusi di grub WhatsApp dalam diskusi organisasi yang saya ikuti sewaktu di Sekolah Menengah Atas.  Nah dengan adanya WhatsApp dan juga dapat dimanfaatkan sebagai foru untuk berdiskusi tersebut sangat endukung sekali dalam hal keajuan suatu organisasi, bahkan saat seseorang mengalami kendala sesuatu sangat mudah diatasi dengan menggunakan media sosial untuk bertanya ataupun berdiskusi dari manapun juga kapan saja bisa dilakukan. 

Selain WhatsApp ada juga YouTube, sampai waktu akhir menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) saya hanya sebagai penikmat di apilikasi jejaring media sosial YouTube saja karena sangat bervariasi konten yang terdapat didalam YouTube tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun