Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jika Saya Menag Milenial Melawan Hoax

4 Agustus 2018   21:23 Diperbarui: 5 Agustus 2018   06:14 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika menjadi Menag | Foto: Agung Han

Ratusan komentar muncul di bawah postingan terakhirku di tiga media sosial. Twitter, Facebook dan Instagram. Menggembirakanku. Medsosku ternyata aktif, dibaca dan direspons tidak hanya dapat like saja. Padahal isi postinganku sederhana. "Apa yang harus dilakukan Menag?".  

Komentarnya bagus-bagus sih, meski yaaah gimana ya, standar juga sih. Tapi komentar-komentar mereka ya saya respon lah. Itu adab, kan. Sebaliknya, banyak juga komentar negatif bin nyinyir muncul. Malah ada yang membuat emosi banget nih. Ya, saya respon juga lah. Responnya adalah dengan tidak merespon. Itu juga adab, bukan? Padahal ya, postingan itu justru disiapkan untuk memberi landasan menangkal hoax.

Tapi, ada beberapa komentar yang menarik nih.  Ini nih lima komentar yang out of the box kali ya. Mau tahu kan?

Rombak dulu wewenang dan tanggung jawab Menag, Bro. Jadul banget tuh - @rezaahmad

Nih komentar nohok banget. Memang sih bahasa di website Kemenag saja agak-agak resmi formal gitu dan kadang membuatku bingung. Wewenang dan tanggung jawab juga kurang spesifik, terukur, realistik, bisa dicapai dan ada rencana waktu. Betul banget, butuh kejelasan yang spesifik, mana ranah Kemenag, mana area MUI, bagaimana wewenang Kemendikbud, siapa yang menjalankan fungsi koordinasi. Harus diubah dari sejak awal nih. Harus ada penguatan yang jelas dari Presiden nih.

Lo gak bisa kerja sendiri, man. Lo gak bisa jadi Superman sendirian. Superman sama Batman plus Wonder Woman saja bisa jadi Justice League kan - @affandi

Lah, ni sohibku Si Fandi ini kayak bisa baca kepalaku.

Gimana Kementrian Agama bisa kerja sendirian menangkal hoax atau hatred speech coba kalo gak sinkron sama Kementrian Pendidikan. Hoax sama hatred speech sudah jadi bahaya laten gini, harus membuat beberapa kementrian bersinergi ya. Tidak bisa tidak euy. Banyak irisan masalah. Kemenag harus bekerja bareng Kemendikbud karena menyangkut pendidikan, pengajaran dan memasukan sebagai bahan ajar.

Berdua kementrian pun percuma jika Kemeninfo tidak diajak. Kita kan tahunya dari sisi pendidikan dan keagamaan, perlu lah sinergi dengan yang jagonya teknologi. Lah, masalah hoax saja adanya di medsos. Mesdsos terikat erat sama teknologi. Kemeninfo kan tahu apa yang bisa dilakukan sampai blok-ngeblok segala dan mengetahui sumber hoax dan cara mencegahnya.

Eh, jangan lupa Kemenpora. Pengguna medsos adalah anak muda, ya seusia milenial sepertiku ini lah. Jadi perlu sinergi dari Kemenpora tentang pendekatan sama generasi milenial itu gimana. Kan Kemenpora ada konten pemudanya, gak hanya olah raga. Gak mungkin lah pendekatan generasi jadul dipakai buat generasi milenial. Wonder Woman bawa pedang. Gak mempan Babang.

Tuh hampir lupa. Kemenhumkam juga diajak untuk penguatan hukum dan kepolisian. Pokoknya pihak-pihak terkait dibuat sinergi ya. Kalau gak ada yang ambil inisiatif, mendingan kuambil saja insiatif itu. Kubuat sinergi dari mulai perencanaan sampai dengan sosialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun