Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Imbas Kecelakaan Danau Toba bagi Keselamatan Pelayaran di Muara Angke

26 Juni 2018   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2018   12:05 2674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman berlayar penyeberangan Muara Angke - Pulau Pari | Foto: Rifki Feriandi

Pelampungnya baru?
Itu yang awalnya akan muncul di benak. Iya, gegara membaca timeline medsos yang memperlihatkan penjelasan pejabat yang sepertinya pembelaan diri jika pelampung sudah tersedia padahal pelampungnya terlihat baru. Tapi sepengamatan saya saat itu, di kapal yang saya naiki, bagian atas. pelampungnya tidak seperti baru dibeli. 

Malah jelas terlihat jika pelampungnya memang pelampung yang sudah ada, lengkap dengan emblem nama kapal. Jadi tidak sengaja dipakai yang baru padahal sebelumnya kurang. Memang sih ada lah 1 atau 2 yang warna oranyenya masih bersih. Tapi kesan baru dibeli beberapa hari tidak terlihat. Sebaliknya, justru ada beberapa pelampung yang kondisinya harus diperhatikan alias tidak sempurna, seperti susah diikat dan tidak ada pelampung ukuran anak-anak.

Kesadaran penumpang untuk mengambil pelampung sendiri
Berbeda dengan dek bawah, untuk dek atas para penumpang dituntut sadar sendiri untuk mengambil pelampungnya. Tuntutan kesadaran dari sendiri menurut saya sih bagus, karena jangan semuanya ditimpakan ke nakhoda kapal. Dan saat itu, penumpang lain pun sangat kooperatif membantu, menunjukan dan mengambilkan pelampung bagi penumpang yang baru datang.

Instruksi keselamatan: kewenangan pemerintah
Jika penerbangan pesawat ada pramugari yang memberi informasi keselamatan, maka dalam penyebarangan kemarin pun kita mendapatkannya. Informasi, instruksi dan penjelasan tentang keamanan dan keselamatan dalam perjalanan pelayaran dilakukan oleh seorang ibu dari Dinas Perhubungan. Ibu (yang sayangnya saya tidak sempat bertanya namanya) memberikan penjelasan layaknya seorang pramugari. 

Dengan suara cukup jelas, informasi ia berikan. Terdengar nada mengayomi dengan inti bahwa semua, termasuk pemerintah, menginginkan perjalanan yang selamat. Dan satu yang saya pribadi sukai dari ibu ini: TEGAS. Ya, menghadapi celetukan anak muda yang nyeletuk dengan nada bercanda, beliau mengingatkan untuk juga lebih serius meperhatikan keselamatan, dan keselamatan bukan buat bercandaan. 

Dan kala anak muda itu tetap bercanda, beliau menunjukkan ketegasan sebagai seorang yang memiliki wewenang untuk menurunkan penumpang. Salut deh Bu. Mengayomi seorang ibu diiringi ketegasan.

Ibu dari DInas Perhubungan yang tegas, berkeliling dan berinteraksi dengan penumpang setelah memberikan informasi | Foto: Rifki Feriandi
Ibu dari DInas Perhubungan yang tegas, berkeliling dan berinteraksi dengan penumpang setelah memberikan informasi | Foto: Rifki Feriandi
Informasi ibu ini dilakukan ke semua kapal yang akan berlayar. Meskipun ada image bahwa hal ini dilakukan karena kejadian di Danau Toba, namun saya harus dukung jika kegiatan ini dilakukan rutin saat kapal akan berangkat.

Untuk informasi, kegiatan safety information seperti ini hanya didapat dari penyebarangan Muara Angke-Pulau Pari, dan tidak dilakukan sebaliknya.

Perilaku penumpang mempengaruhi perilaku kapal
Apapun yang disiapkan kapten kapal, ketegasan sekeras apapun yang dilakukan pemerintah, maka ketika kapal berlayar, semuanya akan dipengaruhi oleh perilaku penumpang. Berita memperlihatkan jika kejadian di Danau Toba salah satunya adalah karena penumpang menumpuk di satu sisi. Dan itu bisa terjadi karena sumbangan perilaku penumpangnya, bukan? Dan contoh itu saya amati pula.

Suasana tiba di Pulau Pari. Area berjalan ini yang menjadi posisi yang dicari anak muda selama pelayaran, yang sebenarnya membahayakan | Foto: Rifki Feriandi
Suasana tiba di Pulau Pari. Area berjalan ini yang menjadi posisi yang dicari anak muda selama pelayaran, yang sebenarnya membahayakan | Foto: Rifki Feriandi
Sebelum kapal berangkat, baik itu petugas Dishub maupun petugas kapal sudah berkeliling kapal. Penumpang yang berada di pinggir kapal disuruh masuk area duduk penumpang. Pinggir kapal sepertinya area yang enak, karena langsung kena terpaan angin segar, selain juga pemandangannya tidak terhalang.

Namun, posisi ini berbahaya, karena berada persis di pinggir kapal dan hanya dibatasi pagar. Jadi beresiko jatuh. Dan, namanya anak muda terkadang justru menyukai tantangan - yang sebenarnya membahayakan. Jadi, banyak anak muda juga yang kembali ke posisi itu setelah kapal meninggalkan dermaga.

Begitu juga jika para penumpang berkerumun di satu sisi. Seperti ketika panas menerpa, mereka yang berada di sisi sebelah kiri beranjak ke sebelah kanan. Sebagai orang yang jarang naik kapal, saya termasuk salah satu yang merasa waswas jika terjadi penumpukan penumpang di satu sisi. Apalagi ketika kapal sedang diayunkan ombak cukup besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun